Jepang sempat dihebohkan dengan penemuan vaksin Moderna yang terkontaminasi logam, beberapa waktu lalu. Setelah ditelusuri, terungkap bahwa masuknya benda asing ke dosis vaksin tersebut karena kelalaian manusia.
Hal itu diungkap oleh Takeda Pharmaceutical Co Jepang pada Jumat (1/9). Sebagai perusahaan yang mengimpor dan mendistribusikan vaksin di Jepang, Takeda mengatakan dalam laporan terbaru bahwa produsen Spanyol menemukan kontaminan di beberapa botol pada Juli lalu, tetapi pada pasokan dari produksi yang sama diizinkan untuk dirikim ke Jepang.
Pihak berwenang Jepang pada Agustus melakukan penangguhan penggunaan sebanyak 1,63 juta dosis vaksin Moderna setelah mendapat laporan adanya kontaminasi. Setelah penarikan tersebut, Moderna melakukan penyelidikan dalam kemitraan dengan Takeda dan produsen Spanyol Rovi yang mengoperasikan pabrik tempat kontaminasi tersebut terjadi.
Sebuah laporan baru mengatakan bahwa masalah tersebut berasal dari perakitan yang salah dan karena kesahalan manusia yang spesifik secara virtual salah menilai jarak 1mm yang diperlukan antara roda bintang dan sumbat mesin yang menempatkan bagian atas pada botol vaksin.
Sebanyak lima lot vaksin Moderna yang diproduksi di Rovi antara 27 Juni dan 3 Juli diselidiki. Tiga lot yang dirikim ke Jepang ditarik kembali setelah ditemukan partikel baja tahan karat pada 39 botol.
Namun, lot keempat gagal diperiksa setelah penemuan partikel pada 2 Juli, sedangkan lot kelima ditahan oleh Rovi. Masalah dengan Lot 4 dan 5 dilaporkan ke Moderna, Takeda, dan kementerian kesehatan Jepang, tetapi tiga lot pertama dibebaskan untuk digunakan karena "telah lulus inspeksi dan tidak dianggap terkena dampak."
Faktanya, investigasi menunjukkan pengaturan yang salah menyebabkan masalah tetap ada di seluruh rangkaian lima batch.
Prosedur operasi yang lebih baik dan penggunaan alat presisi baru akan membantu mencegah masalah berulang, kata laporan itu.
Perusahaan dan kementerian kesehatan Jepang mengatakan partikel baja tahan karat tidak menimbulkan risiko kesehatan tambahan.(reuters)