Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada Selasa (21/1) mengumumkan akan mengirim pasukan ke Selat Hormuz dengan memperluas wilayah operasional unit antipembajakannya. Langkah ini diambil untuk membantu melindungi kapal-kapal yang melewati jalur perairan strategis tersebut.
Namun, pasukan tersebut tidak akan bergabung dengan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, melainkan melakukan operasi yang independen.
Sikap itu diduga diambil berdasarkan pertimbangan hubungan dengan Teheran di satu sisi, dan permintaan Washington untuk berkontribusi dalam kampanye mengamankan perairan tersebut di lain sisi.
"Mempertimbangkan situasi saat ini di Timur Tengah, pemerintah telah memutuskan untuk sementara memperluars ruang kegiatan Unit Cheonghae demi menjamin keselamatan rakyat kita dan kebebasan navigasi kapal," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Serangan terhadap tanker minyak di Selat Hormuz tahun lalu telah mendorong AS meminta sekutu bergabung dengan misi keamanan maritim yang mereka pimpin, International Maritime Security Construct (IMSC).
IMSC yang bermarkas di Bahrain adalah konsorsium yang terdiri dari sejumlah negara termasuk Inggris, Australia, Arab Saudi, Qatar, dan Albania untuk menjaga ketertiban dan keamanan di Teluk Persia dan Teluk Oman, khususnya mengenai pasokan minyak.
Unit Cheonghae yang beranggotakan 300 orang, yang telah melakukan misi antipembajakan di Teluk Aden di lepas pantai Somalia sejak 2009, akan memperluas wilayah misinya ke Teluk Oman, dan selanjutnya ke Teluk Persia mulai Selasa.
Buku putih pertahanan Korea Selatan 2018 menyebutkan bahwa Unit Cheonghae mengoperasikan kapal perusak dengan berat 4.500 ton bernama Wang Geon, helikopter antikapal selam Lynx, dan tiga kapal cepat.
Sementara Unit Cheonghae akan bertindak independen, Korea Selatan juga akan mengirim dua perwira penghubung yang berafiliasi dengan Unit Cheonghae ke IMSC.
"Sejak Mei tahun lalu, ketika ketegangan mulai meningkat di Timur Tengah, kami telah mengkaji beragam pilihan," kata seorang pejabat senior kementerian pertahanan, menambahkan bahwa pemerintah memprioritaskan keselamatan rakyat dan kapal Korea Selatan.
"Kami telah berkonsultasi dengan AS mengenai persoalan ini, dan menjelaskan sepenuhnya pendirian serta alasan di balik keputusan kami pada Iran."
Sebagai jalur pengiriman minyak terpenting di dunia, Selat Hormuz adalah rute menuju laut terbuka bagi lebih dari seperenam produksi minyak global dan 70% impor minyak Korea Selatan.
Korea Selatan, importir minyak mentah terbesar kelima di dunia dan salah satu pelanggan utama minyak Iran, telah berhenti mengimpor minyak mentah dari negara itu pada Mei 2019 menyusul sanksi AS atas Teheran.
Sekitar 25.000 warga Korea Selatan tinggal di Timur Tengah, dan sekitar 170 kapal Korea Selatan berlayar melalui Hormuz sekitar 900 kali per tahun. (Yonhap dan Reuters)