Menteri Urusan Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan menawarkan beragam senjata kepada Malaysia. Penawaran katalog senjata yang diperluas itu mencakup lebih banyak pesawat tempur FA-50M Korea Aerospace Industries (KAI), sistem roket K239 Chunmoo, dan sistem rudal permukaan-ke-udara KM-SAM. Harian Yonhap melaporkan hal itu seperti dikutip Aviation Week.
Sebelumnya, EurAsian Times melaporkan bahwa Malaysia mungkin tertarik untuk mempersenjatai pesawat tempur Su-30 mereka dengan rudal BrahMos buatan Rusia. Jangkauan asli BrahMos adalah 290 kilometer. Pada tahun 2023, Angkatan Udara India berhasil menguji BrahMos jarak jauh dengan jangkauan 450 km yang dipasang pada jet Sukhoi-30.
Diskusi terbaru berkisar pada potensi ekspor sistem artileri roket K239 Chunmoo dari Korsel dan sistem rudal permukaan-udara jarak menengah Cheongung-II, yang diumumkan oleh badan pengadaan senjata negara Korsel pada 11 Mei.
Menteri DAPA, Seok Jong-gun, terlibat dalam pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Malaysia Mohamed Khaled Nordin selama Defence Service Asia Exhibition and Conference yang diadakan di Kuala Lumpur pada tanggal 7 Mei.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mencari jalan untuk meningkatkan hubungan pertahanan antara kedua negara. Menurut DAPA, kedua pihak membicarakan mengenai ekspor pesawat serang ringan FA-50 dari Korsel ke Malaysia.
Korea Aerospace Industries (KAI) mendapatkan kesepakatan pada Mei lalu untuk memasok 18 FA-50 ke Kuala Lumpur. Baru-baru ini, dilaporkan bahwa Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF) akan mengakuisisi 18 pesawat tempur ringan FA-50M lagi, yang secara efektif meningkatkan total pesanan menjadi 36 unit.
Melebihi kesepakatan FA-50, Korsel kini menawarkan serangkaian alutsista ke Kuala Lumpur. K239 Chunmoo, peluncur roket ganda beroda dan self-propelled yang diproduksi oleh Hanwha Defense, adalah salah satu sistem yang ada.
Sistem tersebut, juga dikenal sebagai Korean Multiple Launch Rocket System (K-MLRS), saat ini digunakan oleh Korsel, Polandia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Selain itu, diskusi tersebut menyoroti potensi ekspor sistem rudal permukaan-ke-udara jarak menengah Cheongung-II, yang dikenal sebagai KM-SAM atau Cheolmae-2.
Dikembangkan oleh Badan Pengembangan Pertahanan (ADD) dengan dukungan teknis dari Almaz-Antey dan Fakel Rusia, sistem ini memanfaatkan teknologi dari sistem rudal S-350E dan S-400 yang terkenal. Meskipun Korsel saat ini menjadi satu-satunya operator sistem ini, Arab Saudi, dan UEA dijadwalkan untuk bergabung sebagai operator di masa depan.
Namun para pejabat Korsel enggan mengungkapkan jumlah sistem pertahanan yang mungkin dibeli Malaysia. Pembicaraan ini menandakan berkembangnya kemitraan antara kedua negara, yang menggarisbawahi upaya Korsel untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan negara-negara Asia Tenggara.
Dengan target mengamankan ekspor senjata senilai US$20 miliar tahun ini, Korsel mengintensifkan upayanya untuk menjalin kemitraan pertahanan yang lebih kuat dengan negara-negara Asia Tenggara. Sasaran ambisius ini mengikuti keberhasilan tahun lalu, di mana kontrak ekspor pertahanan berjumlah US$14 miliar.(aviationweek,eurasiantimes)