Tarik ulur hubungan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) masih berlanjut. Meski akan melanjutkan perundingan tingkat tinggi, namun Korsel akan mewaspadai negara tetangganya itu.
Maklum, komunitas internasional memperingatkan bahwa Korut sedang melakukan akal-akalan dan mengulur waktu untuk melanjutkan program nuklirnya.
“Kami akan merebut kesempatan ini,” kata Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha kepada BBC, pada Kamis (18/1).
Kang mengatakan Korsel lebih memahami Korut dibandingkan siapapun karena telah berhubungan selama beberapa dekade dan sering berdiskusi. “Kami belum mencapai kesepakatan di masa lalu, tapi kali ini adalah sebuah kesempatan,” ucapnya.
Perundingan di desa perdamaian Panmunjon pada Rabu (17/1) dihadiri oleh kepala delegasi Korut Jon Jong-suyang juga wakil ketua Komite Reunifikasi Damai Negara Korut. Itu menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama dalam dua tahun terakhir.
Kang juga menegaskan Korsel dan aliansinya memiliki kesamaan pandangan tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea. Dia juga mengungkapkan Seoul akan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Korut jika sanksi internasional sudah berdampak pada Korut.
Perundingan itu digelar di saat Amerika Serikat (AS) dan aliansinya berjanji menekan Korut. Menlu AS Rex Tillerson menyatakan sanksi internasional mulai bekerja untuk menekan Korut. Dia percaya diri kalau tekanan sanksi itu akan memaksa Korut kembali ke meja perundingan misil balistik dan nuklir.
Sebelumnya, Jepang meminta komunitas internasional untuk bertemu membahas Korut. Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengingatkan semua pihak agar tidak tertutup mata terhadap langkah lunak Pyongyang.
“Saat ini bukan untuk menekan atau mengharapkan Korut,” ujar Kono. Dia mengungkapkan Korut ingin berdialog karena sanksi ternyata terbukti bisa efektif menekan.
Korsel dan Korut sebelumnya sepakat menggunakan bendera unifikasi Korea atau "Korea Bersatu" pada Olimpiade Musim Dingin. Acara yang diseleggarakan setiap empat tahun sekali ini akan dimulai pada 9 Februari di Pyeonchang, Korsel.
Dalam acara itu, regu hoki es putri akan menjadi tim gabungan Korea pertama pada laga Olimpiade. Hal ini mengingatkan kembali ke tahun 1991, yang saat itu tim gabungan Korea juga bersanding bersama untuk kejuaraan tenis meja internasional di Jepang dan turnamen sepak bola remaja di Portugal.
Seperti dilansir dari New York Times, Korsel selaku tuan rumah acara, berharap hubungan yang mulai terjalin ini bisa mendinginkan suasana politik setelah bertahun-tahun memanas.
Menurut John Park, Direktur Korea Working Group Havard Kennedy School, jalinan kerjasama yang terjadi antara kedua negara ini bukan merupakan suatu terobosan besar, karena masih harus dilihat berapa banyak kemajuan yang dicapai setelah pertandingan Olimpiade usai.
“Baik Korea Utara dan Selatan sama-sama memanfaatkan perundingan untuk tujuan yang terbatas, yakni mengatur partisipasi delegasi Korut pada Olimpade Musim Dingin Pyeonchang,” kata Park pada CNN.