close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
icon caption
Dunia
Selasa, 24 Oktober 2017 17:16

Korea Utara ingin kembangkan industri ganggang

Untuk mengurangi sanksi internasional, Korut dikabarkan berencana meneliti alga sebagai bagian dalam memperkuat ketahanan pangan
swipe

Korut tampaknya akan serius untuk meneliti ganggang atau alga demi memperkuat ketahanan energi dan pangannya. Alga diyakini bisa mengurangi efek negatif dari sanksi internasional. 

Dalam sebuah catatan baru-baru ini dari Sekolah Johns Hopkins, Pyongyang yang dikutip CNBC dikabarkan tertarik untuk mengembangkan alga sebagai sumber daya strategisnya. Industri alga secara bertahap dapat mengurangi efek negatif dari sanksi terhadap pasokan energi dan keamanan pangan Korut. 

Seperti diketahui, alga adalah organisme mirip tanaman yang mencakup rumput laut dan spirulina. Sumber daya serbaguna tersebut menghasilkan makanan, pupuk, bahan baku dan bahan bakar dari biomassa. 

Saat ini fasilitas penelitian Korut adalah dengan membuka kolam dan sistem budidaya. Korut akan membangun infrastruktur agar alga terus tumbuh dimana negara tersebut telah mengembangkan ribuan kolam terbuka di sejumlah pedesaan untuk menghasilkan banyak ganggang. 

Korut memang terisolasi dari sektor perdagangan. Negara tidak memiliki cadangan minyak bumi domestik dan juga pupuk. Bahkan Korut mengalami krisis pangan karena sektor pertaniannya yang tidak bergerak. Alhasil, negara yang dicap nakal ini bergantung pada impor bahan bakar dan makanan asing untuk bertahan hidup. 

China telah menjadi mitra dagang utama dan jalur ekonomi Korut, namun belakangan Beijing menyetop ekspor energi untuk mematuhi resolusi PBB. Sanksi tersebut merugikan ekonomi Korut dimana persediaan makanan dan kekurangan listrik sedang terjadi di dalam negeri. 

Ganggang solusi 

Peran ganggang bisa membantu Korut dalam mengatasi persoalan pangan dan ekonomi negara. Ganggang yang mengandung protein tinggi bisa menjadi bahan suplemen makanan dan pupuk yang sangat baik. 

Selain itu, ganggang bahkan disebut-sebut sebagai 'emas hijau' yang sering digunakan untuk memerangi kekurangan gizi di negara-negara berkembang. Bahkan dipasarkan menjadi makanan super. 

Tidak hanya itu, ganggang dengan kandungan 20% lipid bisa diolah menjadi biofuel. Diperkirakan Korut memproduksi 2.851 ton biomassa ganggang setiap tahun. Sementara 1.424,5 ton massa dalam bentuk nutrisi yang bisa dikonversi menjadi setara 4.0756,6 barel minyak. 

Jumlah produksi tersebut bisa memenuhi kebutuhan Korut, khususnya untuk minyak. Meski begitu, potensi produksi minyak berbasis ganggang masih perlu diteliti apakah memenuhi syarat keamanan nasional. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan