Korea Utara menembakkan dua proyektil ke perairan di timur Semenanjung Korea, pada Sabtu (16/4) malam waktu setempat. Ini merupakan uji coba ke-12 pada 2022.
Surat kabar Korea Utara, Rodong Sinmun, pada Minggu (17/4) memublikasikan foto Kim Jong-un tersenyum dan bertepuk tangan ketika dia mengamati uji coba "senjata taktis baru".
Melansir CNN, proyektil ditembakkan dari daerah Hamhung, Korea Utara, sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, proyektil itu berkecepatan maksimum Mach 4,0 atau lebih rendah dan meluncur sekitar 110 km pada ketinggian 25 km.
Sementara itu, media pemerintah Korea Utara, KCNA, melaporkan, Jon-Un mengamati uji tembak "senjata berpemandu taktis tipe baru," yang "dilakukan dengan sukses."
Pasca-peluncuran tersebut, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyampaikan, militer, badan intelijen, dan Kantor Keamanan Nasional "Negeri Gingseng" mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi dan tindakan pencegahan.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menerima laporan langsung dari Kantor Keamanan Nasional. Dia pun memerintahkan kementerian terkait untuk memeriksa pergerakan Korea Utara.
"Kami mengetahui pernyataan Korea Utara, bahwa mereka melakukan uji coba sistem artileri jarak jauh. Kami menganalisis semua kegiatan dalam koordinasi yang erat dengan sekutu dan mitra kami," kata Juru bicara Departemen Pertahanan AS dalam sebuah pernyataan.
"Sangat jelas dalam komitmen kami untuk membela [Korea Selatan], Jepang, dan tanah air AS," imbuhnya.
Seorang adjunct senior fellow Center for a New American Security, Duyeon Kim, menilai, Korea Utara bertujuan membuat rudal yang dapat menghindari sistem pertahanan dengan fitur yang dapat menerbangkannya di bawah radar AS dan Korea Selatan.
"Rudal jenis ini sangat mengancam Korea Selatan dan Jepang dan itu adalah senjata yang dapat digunakan atau bahkan memulai konflik," katanya.
Adapun rekan senior Stanton di Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda, berpendapat, ini merupakan pertama kalinya Korea Utara secara khusus menganggap peran senjata nuklir taktis untuk sebuah rudal dalam sebuah uji coba.
Korea Utara meningkatkan uji coba rudalnya pada tahun ini, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) pertamanya dalam lebih dari empat tahun pada 24 Maret, yang bertentangan dengan hukum internasional.
Hanya dalam empat bulan pertama pada 2022, Korea Utara telah melakukan 12 uji coba. Ini meningkat dibandingkan 2020 yang hanya empat percobaan dan delapan percobaan pada 2021.
ICBM merupakan rudal balitistik antarbenua yang paling tangguh. Namun, kecanggihannya diragukan ahli rudal dan pejabat militer Korea Selatan.
"Korea Utara juga memiliki keharusan domestik untuk membuat dan menyempurnakan jenis senjata canggih yang dipesan Kim Jong-un tahun lalu," katanya.
Tahun ini merupakan tahun yang penting bagi Korea Utara karena terdapat beberapa hari besar, seperti peringatan 10 tahun pemerintahan Kim Jong-un dan peringatan 110 tahun kelahiran pendirinya Kim Il-sung.
Presiden Korea Selatan Sejong Institute, Lee Sang-hyun, menyatakan, Jong-un mungkin berada di bawah tekanan "untuk memamerkan prestasinya." Apalagi, terdapat peristiwa bersejarah pada bulan ini sehingga memberikan kesempatan kepadanya "untuk memamerkan kepada dunia tentang kemampuan rudal dan nuklir negara mereka."
Alasan lain uji coba baru-baru ini, menurut para ahli, mungkin untuk memprotes latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, yang akan berlangsung pada April 2022. Korea Utara telah lama mengecam latihan bersama ini dan disebutnya sebagai ancaman besar bagi keamanannya bahkan menuduh AS melakukan "kebijakan bermusuhan" terhadapnya.