close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat mengadakan pertemuan militer di Pyongyang, Korea Utara, dalam foto yang disiarkan Rabu (27/3/2019) oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA). ANTARA FOTO/KCNA/via REUTERS
icon caption
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat mengadakan pertemuan militer di Pyongyang, Korea Utara, dalam foto yang disiarkan Rabu (27/3/2019) oleh Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA). ANTARA FOTO/KCNA/via REUTERS
Dunia
Kamis, 28 Juli 2022 11:19

Korea Utara klaim bisa memobilisasi pasukan penangkal nuklir kapan saja

Setiap upaya yang dilakukan Korea Selatan untuk melakukan serangan preventif terhadap Korea Utara diyakini akan sia-sia.
swipe

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan, negaranya benar-benar siap untuk memobilisasi "pasukan pencegahan perang nuklirnya" setiap saat.

"Sekarang angkatan bersenjata kami sepenuhnya siap untuk menanggapi krisis apa pun, dan pasukan pencegah nuklir negara kami juga sepenuhnya siap untuk dengan benar, akurat dan cepat memobilisasi kekuatan absolutnya untuk memenuhi misinya," kata Kim pada Rabu (28/7) pada perayaan ulang tahun dari perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea, seperti dikutip oleh kantor berita Yonhap.

Dia menekankan bahwa setiap upaya yang mungkin dilakukan Korea Selatan untuk melakukan serangan preventif terhadap Korea Utara, untuk menetralisir sebagian dari potensi militer Korea Utara akan sia-sia.

Pada 1953, baik Korea Selatan dan Korea Utara mencapai perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang tiga tahun. Namun, secara formal, Semenanjung Korea masih dalam keadaan perang karena berakhir tanpa perjanjian damai.

Salah satu sebab umum yang menyebabkan terjadinya Perang Korea adalah adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Soviet. Setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945, terjadi Perang Dingin antara Blok Barat yang dipimpin AS dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet.

Pada masa ini, Korea menjadi daerah yang diperebutkan oleh AS dan Uni Soviet. Pada 10 Agustus 1945, tepat beberapa hari sebelum Jepang menyerah, AS dan Uni Soviet menerima tawanan perang Jepang di Korea, yaitu di garis batas paralel ke-38. Namun, pada akhirnya, garis batas itu berubah menjadi garis demarkasi antara AS dengan Uni Soviet. Hal ini yang menyebabkan adanya dua kubu ideologi di Korea.

Korea Selatan, berada di bawah pengaruh AS dengan paham liberal-kapitalis, sedangkan Korea Utara di bawah pengaruh Uni Soviet, yang mengembangkan paham sosial-komunis.

 

Sumber: sputniknews.com/

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan