Pada Senin (23/12), Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan kepada Presiden China Xi Jinping bahwa menjaga momentum perundingan antara Amerika Serikat dan Korea Utara merupakan hal yang sangat penting. Beijing merupakan mitra diplomatik dan mitra dagang utama Pyongyang.
"Merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga momentum dialog antara Korea Utara dan Amerika Serikat," kata Moon Jae-in dalam pertemuan bilateral dengan Xi di Beijing.
Mengutip Xi, juru bicara Moon Jae-in, Ko Min-jung, menyebutkan bahwa banyak pihak yang semakin khawatir akibat ketegangan di Semenanjung Korea.
"China dan Korea Selatan harus menyatukan kekuatan untuk membantu Korea Utara dan AS mempertahankan momentum untuk berdialog," kata dia mengutip Presiden Xi.
Sementara itu, Rumah Biru yang mengutip Moon Jae-in menekankan, terhambatnya pembicaraan Washington-Pyongyang dan meningkatnya ketegangan akan merugikan Korea Selatan, China, dan Korea Utara.
Korea Utara telah menetapkan tenggat akhir tahun bagi AS untuk mengubah apa yang mereka sebut sebagai kebijakan bermusuhan. Hal itu diharapkan dapat membuat kemajuan di tengah kebuntuan negosiasi denuklirisasi.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump telah tiga kali bertemu sejak Juli 2018, tetapi belum ada kemajuan substansial dalam dialog antara kedua negara.
Dalam pertemuan pada Senin, Xi menyatakan kepada Moon Jae-in bahwa Tiongkok mendukung upaya Korea Selatan untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Utara.
Kementerian Luar Negeri China menyebut, Beijing dan Seoul sama-sama mendorong agar konflik di Semenanjung Korea diselesaikan melalui dialog dan konsultasi.
Moon Jae-in mengunjungi Beijing untuk menghadiri pertemuan trilateral dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Perdana Menteri China Li Keqiang di Kota Chengdu.
PM Abe dijadwalkan bertemu dengan Presiden Xi di Beijing pada Senin malam sebelum dia bertolak ke Chengdu.
Walaupun berbagai isu ekonomi diprediksi akan dibahas dalam pertemuan trilateral, persoalan denuklirisasi Korea Utara dinilai akan mendominasi agenda pertemuan.
Perselisihan soal THAAD
Dalam pertemuan pada Senin, Moon Jae-in dan Xi mengatakan, mereka berharap untuk meningkatkan hubungan setelah perselisihan berkepanjangan terkait pengerahan sistem antirudal AS.
Hubungan antara dua negara itu memburuk pada 2017 setelah Seoul mengizinkan pendirian sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) AS di wilayah selatan negara itu.
Beijing menganggapnya sebagai ancaman dan menuduh sistem itu sebenarnya akan digunakan untuk "mengintip" ke dalam teritori China.
Moon Jae-in mengungkapkan kepada Xi bahwa meskipun masing-masing pihak sempat merasa kecewa pada satu sama lain, kedekatan budaya dan sejarah mencegah kedua negara mengasingkan satu sama lain.
"Saya berharap mimpi Korea Selatan bermanfaat bagi China sebagaimana impian China menjadi peluang bagi Korea Selatan," kata Moon Jae-in.
Dalam pidato pembukaannya, Xi menggambarkan kerja sama dengan Korea Selatan sebagai hubungan yang substansial dan berpengaruh di ranah global. (Al Jazeera dan Reuters)