Seorang pejabat Bolivia menuturkan bahwa utusan PBB mendesak pemerintah sementara dan para pendukung Evo Morales untuk memulai pembicaraan demi menyelesaikan krisis yang telah merenggut 23 nyawa dan memicu kekurangan makanan.
Pada Minggu (18/11), pejabat Bolivia tersebut mengatakan, negosiasi yang diusulkan oleh Jean Arnault akan melibatkan legislator dari partai Morales dan presiden sementara Jeanine Anez serta dimediasi oleh PBB dan Gereja Katolik Roma.
Bolivia tetap dalam ketidakpastian satu pekan setelah Morales, seorang tokoh karismatik yang juga mantan petani koka, mengundurkan diri sebagai presiden atas dugaan kecurangan dalam pilpres. Legislator belum menyetujui jadwal pilpres baru.
Morales melarikan diri ke Meksiko pekan lalu, tetapi sejak itu pula para pendukungnya telah turun ke jalan-jalan. Terkadang mereka yang mempersenjatai diri dengan bazoka, pistol dan granat rakitan sendiri, memblokir jalan-jalan dan terlibat konfrontasi skala kecil dengan pasukan keamanan.
Beberapa menuntut pengunduran diri Anez, meski dia mengatakan ingin bernegosiasi dengan oposisi. Para pendukung Morales memberinya batas waktu tengah malam pada Senin (18/11) untuk mundur dan menyerukan pilpres dalam waktu 90 hari.
Antrean panjang
Warga Bolivia terjebak dalam antrean panjang di jalan-jalan di La Paz pada Minggu (17/11) untuk mendapatkan daging ayam, telur dan minyak sayur menyusul blokade yang menghambat pasokan pangan.
Salah seorang menteri di pemerintahan sementara Anez mengatakan bahwa pihaknya telah mendirikan "jembatan udara" untuk memasok La Paz, yaitu dengan menggunakan pesawat. Dia mengharapkan, pejabat di kota-kota lain yang mengalami nasib serupa dapat mengambil langkah yang sama.
Blokade juga membuat bahan bakar menjadi langka dan banyak warga di lingkungan miskin di La Paz terpaksa memasak dengan kayu bakar.
"Saya berharap situasi kembali normal," kata Josue Pillco, seorang pekerja konstruksi dari distrik kelas pekerja di ibu kota negara itu. "Kita tidak bisa mendapat makanan atau bensin."
Sejumlah tokoh masyarakat yang bersekutu dengan Morales pada Minggu di El Alto menyerukan pemogokan umum pada Senin, langkah yang dapat meningkatkan momok gangguan pasokan lebih lanjut.
Anez, telah setuju untuk menyelenggarakan pilpres baru. Namun, di lain sisi dia juga bergerak cepat untuk mengimplementasikan perubahan kebijakan di dalam dan di luar negeri.
Pada Jumat (15/11), Bolivia meminta pejabat Venezuela yang setia pada Nicolas Maduro untuk angkat kaki. Pemerintahan Anez menuduh Kuba, yang pernah menjadi sekutu dekat Bolivia, memicu kerusuhan menyusul pengunduran diri Morales.
Pemerintahan Anez pada Minggu juga mengganti nama surat kabar pemerintah menjadi "Bolivia". Pada era Morales, surat kabar itu bernama "Change".
Sejumlah pejabat menuturkan, protes yang diwarnai kekerasan pada Jumat di sekitar Cochabamba menyebabkan sedikitnya sembilan orang tewas. Itu merupakan wilayah penghasil koka yang juga kubu pendukung Morales.
Ombudsman setempat mengatakan bahwa polisi menggunakan peluru tajam dalam menghadapi pengunjuk rasa, memicu tuduhan pelanggaran HAM oleh pasukan keamanan di bawah kepemimpinan Anez.