Sayyid Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, mengatakan, kapal pertama yang membawa bahan bakar minyak Iran untuk membantu krisis ekonomi di Lebanon telah berlabuh di Suriah pada Minggu (12/9).
Nasrallah menyebutkan bahwa ia telah mengatur pembelian bahan bakar dari Iran tersebut. Tujuannya, untuk mengurangi krisis bahan bakar minyak yang melumpuhkan Lebanon.
Ia pun berterima kasih kepada Suriah karena menerima kiriman dan memfasilitasi proses pengiriman bahan bakar tersebut. "Kami diberitahu bahwa kedatangan kapal di sini (di Lebanon) akan membahayakan negara, namun kami tidak ingin membahayakan negara, jadi kami memilih opsi lain," kata Nasrallah dalam pidatonya, Senin (13/9).
Krisis ekonomi yang terjadi di Lebanon diperparah dengan langkanya bahan bakar minyak. Bahkan, negara tersebut tidak dapat mengimpor bahan bakar dari negara lain. Ini beradampak pada kehidupan sehari hari masyrakat di sana.
Di sisi lain, negara tersebut juga mengalami krisis listrik. Hal itu membuat bisnis dan rumah tangga hampir seluruhnya bergantung pada generator kecil berbahan bakar minyak.
Krisis keuangan telah mendorong harga pangan naik lebih dari 550%. Ini juga berdampak pada tiga perempat populasi penduduk negara tersebut yang mengalami kemiskinan. Bank Dunia menyebutnya sebagai salah satu depresi terdalam dalam sejarah modern.
Nasrallah menambahkan, kapal berikutnya yang membawa bahan bakar minyak akan tiba di pelabuhan Baniyas Suriah dalam beberapa hari ke depan.
“Kami bisa mendapatkan seluruh armada kapal, tetapi kami tidak melakukannya karena kami tidak ingin memperburuk siapa pun," katanya.
Namun, rival Hizbullah menilai langkah Nasrallah itu berisiko pada jatuhnya sanksi terhadap Libanon. Sebab, Washington telah menetapkan Hizbullah sebagai kelompok teroris.
"Tujuan kami bukan perdagangan atau keuntungan," katanya.
"Tujuan kami adalah untuk meringankan penderitaan rakyat," tutup Nasrallah.