Putra Mahkota yang juga pemimpin de facto Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengujungi Mekah pada Selasa (12/2), di mana dia dilaporkan memberi pengarahan tentang proyek perluasan yang ditujukan untuk memperluas area salat di Masjidil Haram.
Dalam kunjungannya, pangeran yang kerap disapa MBS itu tidak hanya melaksanakan salat, namun juga mencium Hajar Aswad dan memasuki Kakbah.
Sebuah video singkat lainnya menunjukkan ketika MBS tengah berada di atap Kakbah, sementara diperkirakan ratusan tentara diterjunkan untuk menghalangi jemaah mendekati Kakbah.
Situasi tersebut telah memicu pertanyaan, mengapa sang pangeran membutuhkan pengawalan yang sedemikian ketat ketika mengunjungi Kakbah.
Kedatangan MBS bersama dengan rombongannya dalam jumlah yang cukup besar tidak diumumkan sebelumnya. Di antara para pejabat yang menemani MBS adalah Sheikh Saad Bin Nasser Al-Shithri, anggota Dewan Cendekiawan Senior dan penasihat di Pengadilan Kerajaan.
Kedatangan MBS ke Masjidil Haram dikabarkan menuai reaksi negatif publik. Dia dicap menodai situs suci.
Pada kesempatan yang sama, MBS juga melakukan pembersihan tradisional pada dinding bagian dalam Kakbah, yang biasanya dilakukan dengan mengunakan kain yang dicelupkan ke dalam air Zamzam yang dicampur dengan wewangian Oud.
Kakbah, biasanya disucikan oleh pejabat dari General Presidency of the Two Holy Mosques. Sebelumnya, Kakbah dibersihkan oleh beberapa Raja Arab Saudi.
Pada hari Senin lalu, MBS telah memimpin pertemuan kedua dewan direksi Komisi Kerajaan untuk Kota Mekah dan Situs Suci, yang bertanggung jawab untuk mewujudkan visi Raja Salman dalam mempromosikan layanan dan pembangunan sistem berkelanjutan di Mekah.
Pasca-kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi, sosok MBS mencuri perhatian lebih besar. Khashoggi, yang kerap mengkritik kebijakan Arab Saudi di bawah kepemimpinan MBS lewat tulisan-tulisannya di The Washington Post, hilang setelah memasuki Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Semula, Arab Saudi mengklaim bahwa Khashoggi telah keluar dari konsulat dan mereka tidak tahu menahu terkait keberadaannya. Namun, kemarahan internasional berhasil membuat Riyadh mengakui bahwa Khashoggi tewas dibunuh di misi diplomatik mereka.
Namun, Riyadh bersikeras menyangkal keterlibatan MBS. Mereka menyalahkan kematian Khashoggi pada sekelompok 'agen yang nakal' yang bertindak di luar kendali.
Upaya Arab Saudi untuk menutup-nutupi kasus Khashoggi dinilai akan menemukan tantangan mengingat badan intelijen Amerika Serikat, penyelidik PBB, dan koalisi organisasi nonpemerintah tidak menampik keterlibatan MBS dalam pembunuhan tersebut.
Bukan hanya tragedi Khashoggi, namun kebijakan MBS di Yaman juga memicu amarah publik. Negeri itu porak-poranda atas pertempuran yang terjadi antara kelompok bersenjata Houthi dan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi Cs. (Al Arabiya dan Yeni Şafak)