Presiden Joko Widodo akan melawat ke Malaysia pada 8-9 Agustus. Ini merupakan kunjungan balasan setelah PM Mahathir Mohamad berkunjung ke Indonesia pada Juni 2018, satu bulan setelah dia dilantik.
Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri RI Denny Abdi menyampaikan bahwa kedua pemimpin negara akan membahas sejumlah persoalan. Di antaranya merupakan akses pendidikan bagi anak-anak dari TKI di Malaysia hingga kemajuan negosiasi perbatasan laut dan darat kedua negara.
"Selama ini Indonesia terus meminta akses pendidikan bagi anak-anak dari TKI di Malaysia. Sejauh ini, sudah ada lebih dari 200 community learning center yang tersebar di Sabah dan Serawak, tapi kami berupaya terus menambah jumlahnya," jelas Denny dalam pengarahan media di Kemlu RI, Jakarta, pada Selasa (6/8).
Selain persoalan perbatasan dan akses pendidikan, Jokowi dan Mahathir kemungkinan juga akan membahas persoalan TKI. Menurut Denny, Malaysia berkepentingan mendapatkan suplai tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan masuk melalui jalur legal.
"Adanya tenaga kerja ilegal yang masuk ke Malaysia menjadi tantangan kedua negara," lanjutnya.
Sementara itu, kedua negara akan membahas sejumlah isu yang lebih kompleks dalam konsultasi tahunan (annual consultation), sebuah forum reguler yang diselenggarakan Indonesia dan Malaysia.
"Tahun ini giliran Indonesia yang menyelenggarakannya. Mungkin isu-isu lebih kompleks akan dibahas di situ," jelas Denny.
Setelah menyelesaikan pertemuan bilateral di Kuala Lumpur, Presiden Jokowi akan bertolak ke Singapura pada 9 Agustus untuk menghadiri peringatan kemerdekaan negara itu.
"Selain Presiden Jokowi, Perdana Menteri Singapura juga mengundang PM Mahathir dan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah untuk turut hadir dalam acara tersebut," ujarnya.