Duka kembali menyelimuti Amerika Serikat (AS). Insiden penembakan kembali terjadi di sekolah di Texas. Aksi kekejaman yang tidak seharusnya terjadi di institusi pendidikan.
Seorang siswa sekolah menengah Santa Fe menembak 10 rekannya hingga tewas dan melukai 10 siswa lainnya. Penyerang yang diidentifikasi bernama Dimitrios Pagourtzis, berusia 17 tahun. Dia menggunakan senapan dan pistol revolver yang diambil dari ayahnya yang memiliki izin kepemilikan senjata.
“Sejumlah bahan peledak juga ditemukan di sekolah yang berjarak 65 km dari ibu kota Texas, Houston,” kata Gubernur Texas Greg Abbott dilansir BBC.
Bahan peledak itu termasuk alat CO2 dan bom molotov. Abbott mengungkapkan polisi juga menemukan informasi dalam catatan harian tersangka, komputer, dan ponsel. Pelaku berencana melancarkan serangan dan berniat bunuh diri.
Remaja tersebut menyerahkan diri karena dia tidak jadi bunuh diri. Kepala Kepolisian Sant Fe Jeff Powell meminta para penduduk untuk mewaspadai jika menemukan objek yang mencurigakan.
Petugas kepolisian Santa Fe John Barnes juga termasuk korban luka. Kondisinya kritis dan sedang menjalani operasi.
Menurut beberapa siswa, penembak itu masuk ke kelas seni dan mulai menembak sebelum pukul 08.00 pada Jumat (18/5) waktu setempat. Saksi kepada KTRK-TV mengatakan, dirinya melihat ada seseorang yang berjalan dengan senapan dan mulai menembak.
Siswa lainnya mengungkapkan kepada stasiun televisi lokal KHOU-11 kalau seorang guru yang menyadari aksi penembakan langsung menyalakan alarm. Dakota Shrader, seorang siswa, mengatakan kepada CBS News bahwa semua orang berlari ketika alarm dibunyikan.
Setelah itu, semua orang melihat dan mendengar kata bom. Siswa tersebut hanya bisa berlari secepatnya dan ia bersembunyi.
Siswa lainnya, Damon Rabon mengungkapkan, melihat si penembak setelah terdengar ledakan besar. Ia menggunakan jaket hitam dan membawa senjata. Saat penembakan, sebanyak 1.400 siswa berada di sekolah tersebut.
Presiden AS Donald Trump mendeskripsikan penembakan itu sebagai tindakan keji. Ia berjanji pemerintahannya akan melakukan segala upaya untuk melindungi siswa dan mengamankan sekolah, serta menjauhkan senjata dari tangan orang yang membuat ancaman. Trump memerintahkan bendera AS dikibarkan setengah tiang sebagai bentuk duka.
Gubernur Abbott menyebut penembakan itu sebagai tindakan kejam yang pernah terjadi dalam sejarah sekolah di Texas. Abbott mengatakan otoritas keamanan tidak bisa mendeteksi penembakan massal tersebut karena tidak ada ancaman dan peringatan dari tersangka.
“Sangat sulit mendeskripsikan sikap setan pada seseorang sehingga menyerang anak-anak tak berdosa di sekolah,” terangnya.
Media sosial milik Pagourtzis, dirinya menyebut sebagai seorang ateis dan membenci politik. Pada 30 April lalu, dia mengunggah foto dirinya memakai kaos bertuliskan “Born to Kill”.
Penembakan di Texas itu terjadi beberapa bulan setelah seorang siswa menembaki rekannya di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, dan menewaskan 17 orang. Aksi tersebut memicu kampanye nasional untuk pengendalian senjata api di AS.