Ledakan bom mobil di pos pemeriksaan di Mogadishu, Somalia, pada Sabtu (28/12) menewaskan 61 orang dan melukai puluhan lainnya. Tim penyelemat membawa janazah melewati puing-puing kendaraan yang berlumuran darah.
"Sejauh ini, kami telah mengevakuasi jasad 61 orang dan 51 orang lainnya terluka. Kemungkinan jumlah korban tewas akan meningkat," kata petugas medis, Abdikadir Abdirahman Haji Aden.
Korban terluka segera dibawa Rumah Sakit Madinah menggunakan ambulans. Berbicara kepada wartawan di lokasi ledakan, Wali Kota Mogadishu Omar Muhamoud mengatakan, pemerintah mengonfirmasi setidaknya 90 warga sipil, sebagian besar mahasiswa, terluka dalam insiden tersebut.
Sejauh ini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan mematikan tersebut. Kelompok militan yang berafiliasi dengan Al Qaeda, Al Shabaab, secara teratur melakukan serangan-serangan seperti itu dalam upaya melemahkan pemerintah.
Al Shabaab juga pernah melakukan serangkaian serangan di negara-negara Afrika Timur, seperti Kenya dan Uganda.
Serangan paling mematikan yang diduga dilancarkan Al Shabaab terjadi pada Oktober 2017, ketika sebuah truk bermuatan bom meledak di sebelah tanker berisi bahan bakar di Mogadishu. Ledakan besar itu menewaskan hampir 600 orang.
Kelompok militan itu terkadang tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang memicu kecaman publik besar-besaran, seperti pengeboman bunuh diri pada upacara kelulusan mahasiswa kedokteran pada 2009. (Reuters).