Menteri Luar Negeri Mike Pompeo pada Minggu (14/4) menegaskan, Amerika Serikat akan menggunakan seluruh sumber daya ekonomi dan politiknya untuk memastikan bahwa Presiden Nicolas Maduro bertanggung jawab atas krisis di Venezuela. Dia juga mengatakan bahwa Kuba dan Rusia akan membayar harga atas dukungan mereka terhadap Maduro.
Pompeo mengungkapkan pernyataan tersebut saat berada di kota perbatasan Kolombia, Cucuta, yang menjadi perhentian terakhir dari perjalanan tiga harinya ke Chile, Paraguay, dan Peru. Fokus lawatannya dilaporkan adalah krisis Venezuela dan meningkatnya kehadiran China di kawasan.
Maduro menyalahkan sanksi AS atas ambruknya ekonomi Venezuela dan mencap pemimpin oposisi Juan Guaido, yang pada Januari mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara, sebagai boneka AS.
Hiperinflasi, kekurangan makanan, obat-obatan dan akses kebutuhan dasar lainnya serta krisis politik telah membuat lebih dari 3 juta rakyat Venezuela melarikan diri.
"AS akan terus menggunakan segala sumber daya ekonomi dan politik yang kami miliki untuk membantu rakyat Venezuela," kata Pompeo setelah mengunjungi para migran di sebuah penampungan di Cucuta serta menengok jembatan perbatasan dan gudang penyimpanan bantuan kemanusiaan. "Dengan menggunakan sanksi, pencabutan visa, dan cara-cara lain, kami berjanji untuk meminta rezim dan mereka yang mendukungnya bertanggung jawab atas korupsi dan penindasan demokrasi."
Cucuta menampung sebagian besar migran Venezuela yang tiba di Kolombia. Sebagian besar dari mereka datang dengan membawa apa yang dapat mereka bawa.
Meskipun sebagian besar negara-negara Barat, termasuk AS, telah mengakui Guaido sebagai kepala negara sementara, Rusia, China dan Kuba masih kokoh menyokong Maduro.
"Anda menyaksikan jerat politik dan diplomatik semakin erat di leher Maduro," ungkap Pompeo. "Rakyat Kuba harus mengerti pula bahwa akan ada harga yang harus dibayar sebagai balasan atas dukungan berkelanjutan terhadap Nicolas Maduro. Demian juga dengan Rusia."
Washington telah memberlakukan sejumlah sanksi terhadap pemerintah Maduro sebagai upaya untuk melengserkannya, tetapi Maduro masih mendapat dukungan dari militer. Pada Jumat (12/4), Kementerian Keuangan AS menambahkan empat perusahaan dan sembilan kapal ke daftar hitamnya, beberapa di antaranya dilaporkan membawa minyak ke Kuba.
Para kritikus memperingatka bahwa sanksi berat terhadap Venezuela dapat melukai rakyat biasa.
Pompeo mendesak Maduro untuk meninggalkan jabatannya dan Venezuela agar negara itu dapat kembali normal.
Selama lawatannya, Pompeo menggemakan kritik AS sebelumnya atas kehadiran China yang semakin meningkat di Amerika Latin. Dia memperingatkan praktik pinjaman predator dan tindakan memfitnah atau jahat oleh Tiongkok.
China, yang ekonominya booming selama dua dekade terakhir telah mendorong permintaan bahan baku, sudah menjadi mitra dagang utama bagi negara-negara dari Uruguay yang kecil hingga Brasil, ekonomi terbesar Amerika Latin dan eksportir kedelai top dunia.