Pemerintah Peru, Amerika Selatan, mengumumkan keadaan darurat lingkungan di 21 pantai yang terhubung langsung dengan Samudera Pasifik. Pengumuman status darurat itu menyusul letusan gunung berapi di Tonga pekan lalu.
Pantai-pantai itu dilaporkan terkontaminasi oleh tumpahan minyak di kilang yang dikelola oleh perusahaan Repsol di Spanyol pada Kamis (20/1). Peristiwa itu terjadi usai gelombang yang disebabkan letusan gunung berapi di dekat Tonga.
Dilansir dari Associated Press, Jumat (21/1), Presiden Peru Pedro Castillo mengatakan, sebuah komite akan dibentuk untuk memikirkan solusi cara-cara menangani krisis, sesuai dengan kebijakan nasional yang bertujuan melindungi lingkungan.
Perdana Menteri Mirtha Vásquez mengatakan, Repsol telah berjanji memberikan jadwal pembersihan pantai bersama dengan para nelayan lokal agar mereka bisa beraktivitas kembali. Perusahaan juga akan mengirimkan bantuan makanan kepada keluarga terdampak yang tidak bisa bekerja akibat tumpahan itu.
Vásquez mengatakan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menyediakan tim ahli untuk membantu Peru menangani tumpahan minyak. Saat ini turis dan warga lokal dilarang pergi ke 21 pantai yang tercemar untuk menghindari dampak lebih buruk dari pencemaran akibat tumpahan minyak.
Pihak berwenang Peru mengatakan, sebuah kapal berbendera Italia menumpahkan 6.000 barel minyak di Pasifik pada Sabtu (15/1) di depan kilang La Pampilla. Dalam beberapa hari terakhir, aktivis lingkungan telah mengumpulkan burung laut bernoda minyak atau yang telah mati, akibat pencemaran itu.
Repsol mengatakan, pihak berwenang Peru belum memberikan peringatan tsunami dan memastikan kapal itu terus menurunkan minyak ke kilang ketika gelombang menghantam. Dua orang wanita di Peru juga diketahui tenggelam akibat tersapu oleh gelombang kuat setelah letusan di Tonga.