Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan pada Rabu (15/1) menyatakan, setidaknya 100 orang tewas setelah longsor salju menghancurkan dan mengubur rumah-rumah di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Pihak berwenang setempat menjelaskan bahwa longsor yang terjadi pada Minggu (12/1), dipicu oleh hujan salju lebat di Lembah Neelum, Kashmir. Menurut pejabat terkait, sekitar 200 rumah warga dan bangunan hancur dan tertimbun longsoran salju.
Menteri Negara Bagian untuk Manajemen dan Rehabilitasi Bencana Ahmad Raza Qadri menuturkan, sebagian besar korban tewas akibat tertimbun salju di rumah mereka. Dia menambahkan, kemungkinan besar jumlah korban tewas akan terus meningkat karena masih banyak orang yang terjebak.
Setelah longsor terjadi, sejumlah penduduk desa melakukan upaya pencarian dan penyelamatan.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Selasa (14/1) mengatakan, dia telah meminta badan bencana nasional, militer, dan menteri-menteri federal untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga terdampak.
Sejumlah korban yang terluka dievakuasi ke rumah sakit menggunakan helikopter. Selain itu, helikopter-helikopter juga akan dikerahkan untuk mengirimkan makanan bagi penduduk yang akses jalannya terputus akibat longsor.
Pada Selasa, Perdana Menteri Kashmir Raja Farooq Haider Khan menyampaikan belasungkawa kepada masyarakat setempat. Dia menegaskan bahwa pemerintah akan berupaya sekuat tenaga untuk mengurangi penderitaan bagi penduduk yang terdampak.
Bencana longsor salju itu datang ketika Kashmir sedang dilanda salah satu musim dingin terparah dalam 20 tahun terakhir. Akibatnya, jalan-jalan utama di wilayah itu tertimbun salju, layanan komunikasi terputus, dan terjadi gangguan jaringan listrik.
Secara terpisah, di provinsi barat daya Pakistan, Balochistan, 16 orang tewas dalam insiden terkait hujan salju.
Direktur Pusat Prakiraan Cuaca Nasional Zaheer Ahmed menyebut bahwa hujan salju lebat adalah fenomena yang normal dialami tahun ini.
"Namun, karena perubahan iklim, musim dingin tahun ini jauh lebih dingin daripada beberapa tahun sebelumnya," jelas dia. (CNN dan ABC News)