Presiden Emmanuel Macron mengatakan dia tidak akan "meminta maaf" dari Aljazair atas penjajahan Prancis. Di sisi lain, Ia berharap untuk terus bekerja menuju rekonsiliasi dengan rekannya Presiden Aljazair Abdelmajid Tebboune.
"Bukan urusan saya untuk meminta maaf, bukan itu masalahnya, kata itu akan memutuskan semua ikatan kita," katanya dalam sebuah wawancara untuk majalah Le Point yang diterbitkan Rabu malam (11/1).
Macron berdalih bahwa permintaan maaf justru akan membuat hubungan kedua negara menjadi terganggu.
"Hal terburuk adalah memutuskan: 'kami minta maaf dan masing-masing menempuh jalan kami sendiri'," kata Macron.
“Mengangkat memori dan sejarah tidak akan menyelesaikan semua persoalan,” tambahnya.
Namun dalam wawancara tersebut, dia juga mengungkapkan harapan bahwa Presiden Aljazair Tebboune “akan dapat datang ke Prancis pada tahun 2023”, untuk membalas kunjungan Macron ke Aljazair tahun lalu dan melanjutkan “pekerjaan persahabatan yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Kolonisasi Prancis 100 tahun di Aljazair
Kolonisasi 100 tahun Prancis di Aljazair dan perang 1954-62 yang sengit untuk kemerdekaan telah meninggalkan bekas luka yang dalam di kedua sisi. Sebenarnya di awal menuju tangga kekuasaan dan hingga ia menjadi presiden, Macron aktif mendorong suasana kondusif dalam hubungan kedua negara.
Dan pada 2017, Macron yang masih berstatus calon presiden menjuluki pendudukan Prancis sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Sebuah laporan yang dia perintahkan dari sejarawan Benjamin Stora merekomendasikan langkah lebih lanjut pada tahun 2020 untuk mendamaikan kedua negara, sambil mengesampingkan "pertobatan" dan "permintaan maaf".
Namun di kesempatan lain, Macron juga mempertanyakan apakah Aljazair ada sebagai sebuah bangsa sebelum dijajah oleh Prancis, yang memicu tanggapan marah dari Aljazair.
“Saat-saat ketegangan ini mengajari kami,” kata Macron kepada penulis Aljazair Kamel Daoud dalam wawancara tersebut.
“Anda harus dapat mengulurkan tangan lagi dan terlibat, itu yang dapat dilakukan oleh Presiden Tebboune dan saya,” tambahnya.
Dia mendukung saran Tebboune untuk mengunjungi makam pahlawan anti-kolonial Aljazair abad ke-19 Abdelkader dan rombongannya, yang dimakamkan di Amboise di Prancis tengah.
“Itu masuk akal bagi sejarah rakyat Aljazair. Bagi rakyat Prancis, ini akan menjadi kesempatan untuk memahami realitas yang seringkali tersembunyi,” kata Macron.
Aljazair dan Prancis mempertahankan hubungan yang langgeng melalui imigrasi, keterlibatan dalam konflik kemerdekaan dan repatriasi pemukim Prancis pascaperang. Ini membuta lebih dari 10 juta orang yang memiliki akar Aljazair tinggal di Prancis saat ini.