Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Kyiv. Dalam kesempatan itu, dirinya menilai, ada peluang untuk melakukan diplomasi guna meredakan ketegangan konflik Rusia-Ukraina.
Macron menambahkan, Moskow dan Kyiv memiliki kesempatan melakukan pembicaraan terkait konflik yang berlarut-larut di timur Ukraina. Selain itu, mencari solusi praktis dan konkret guna menurunkan ketegangan antara Rusia dan Barat.
"Kita tidak dapat meremehkan ketegangan yang saat ini kita alami," katanya dalam sebuah konferensi pers bersama usai bertemu Zelensky, mengutip VOA pada Rabu (9/2).
Kendati begitu, Macron mengamini jika krisis takkan selesai hanya dalam beberapa jam pembicaraan. Perundingan justru bisa berlangsung berbulan-bulan.
Dia melanjutkan, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menjanjikan negaranya takkan menjadi sumber eskalasi dalam situasi itu sekalipun sudah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara, termasuk perlengkapan dan peralatan militer, di perbatasan Ukraina.
Dengan jaminan tersebut, Macron pun mendarat di Berlin pada Selasa (8/2) malam. Dia dijadwalkan memberi taklimat kepada Presiden Polandia, Andrzej Duda, dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, yang baru saja kembali dari Washington.
Para pemimpin Eropa itu bertemu dalam forum Weimar Triangle dan diharapkan membentuk sebuah front persatuan.
Zelensky berharap adanya pembicaraan terpisah yang melibatkan pejabat tinggi di Berlin pada Kamis (10/2) dapat membuka jalan bagi pertemuan puncak dengan para pemimpin Ukraina, Rusia, Prancis, dan Jerman dengan bertujuan menghidupkan kembali rencana perdamaian yang macet menyusul adanya konflik Kiev dengan separatis yang didukung Moskow.
Sementara itu, Putin, yang telah menuntut jaminan keamanan menyeluruh dari NATO dan Amerika Serikat, mengatakan, Moskow bakal "melakukan segalanya untuk menemukan kompromi yang sesuai bagi semua pihak" setelah pembicaraannya dengan Macron.