Mahkamah Agung Meksiko dengan suara bulat memutuskan bahwa menghukum aborsi tidak konstitusional. Keputusan di negara Katolik Roma terbesar kedua di dunia itu berarti bahwa pengadilan tidak dapat lagi menuntut kasus aborsi, dan mengikuti legalisasi bersejarah Argentina yang mulai berlaku awal tahun ini.
Presiden Mahkamah Agung Arturo Zaldivar memuji keputusan dengan suara bulat sebagai "momen penting" bagi semua wanita, terutama yang paling rentan.
Putusan yang ditetapkan pada Selasa (7/9) itu berasal dari kasus 2018 di negara bagian utara Coahuila yang menantang hukum pidana setempat. Penentangan kriminalisasi aborsi muncul ketika gerakan feminis yang berkembang turun ke jalan di Meksiko untuk mendesak perubahan, termasuk seruan untuk mengakhiri undang-undang anti-aborsi di sebagian besar negara.
Meksiko, dengan sekitar 100 juta umat Katolik, adalah negara Katolik Roma terbesar setelah Brasil. Gereja Katolik menentang segala bentuk prosedur aborsi.
Ratusan wanita Meksiko yang sebagian besar miskin telah dituntut karena aborsi, sementara setidaknya beberapa lusin masih dipenjara.
Pemungutan suara hari Selasa menetapkan kriteria wajib untuk semua hakim di negara itu, sehingga tidak mungkin lagi menuntut wanita mana pun yang melakukan aborsi tanpa melanggar kriteria pengadilan dan konstitusi, kata Zaldivar.
Sementara hakim mengatakan keputusan itu tidak dapat diterapkan secara surut, beberapa pengacara berspekulasi bahwa keputusan tersebut dapat membuka kemungkinan bagi wanita yang sudah dihukum untuk mengajukan banding atas hukuman mereka.
Sejumlah negara bagian AS baru-baru ini mengambil langkah-langkah untuk membatasi akses perempuan ke aborsi, khususnya Texas, yang pekan lalu memberlakukan larangan aborsi setelah enam minggu pertama kehamilan.
Putusan tersebut dapat menyebabkan wanita AS di negara bagian seperti Texas memutuskan untuk melakukan perjalanan ke selatan perbatasan untuk mengakhiri kehamilan mereka.
Pada bulan Juli, negara bagian Veracruz di sini menjadi yang keempat dari 32 wilayah Meksiko yang mendekriminalisasi aborsi.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador tidak pernah menjadi pendukung hak-hak aborsi yang blak-blakan, dan malah bersekutu dengan sebuah partai politik kecil yang didirikan oleh kaum konservatif Kristen yang dikenal karena oposisi garis kerasnya terhadap aborsi menjelang kemenangannya dalam pemilihan umum pada 2018.
Sebelumnya pada hari Selasa, Lopez Obrador menekankan bahwa keputusan itu adalah keputusan pengadilan dan berjanji untuk tidak ikut campur.(Reuters)