Perempuan buruh migran hingga kini masih terus mengalami kerentanan dan ancaman berlapis dari proses perekrutan hingga di pusat tahanan sementara (PTS) di Sabah, Malaysia. Ini berdasarkan investigasi yang dilakukan Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB).
KBMB mengungkapkan, seorang buruh migran yang tengah hamil meninggal dunia akibat perlakuan yang tak manusiawi di pusat penahanan sementara. Korban sebelumnya diamankan otoritas Sabah saat melakukan operasi yustisi terhadap buruh migran tak berdokumen di perbatasan, perkebunan, dan perkotaan.
Razia tersebut dilakukan dengan dalih menurunkan kasus penularan Covid-19. Faktanya, yang terjadi justru klaster penularan di pusat penahanan meningkat dan tanpa fasilitas kesehatan (faskes) yang memadai.
Sejak Januari-November 2020, otoritas Sabah telah menangkap setidaknya 12.800 buruh migran tak berdokumen. Padahal, hanya 7.673 tahanan imigrasi yang berhasil dideportasi.
"Tingginya jumlah penangkapan dibanding jumlah deportasi menjadi salah satu penyebab berbagai pusat tahanan menjadi semakin penuh sesak,” demikian tulis KBMB dalam keterangannya, Kamis (25/11).
KBMB pun membuat petisi daring sebagai bentuk protes operasi yustisi di tengah situasi pandemi pada 31 Oktober silam. Petisi ditujukan kepada beberapa otoritas di Sabah yang dinilai bertanggung jawab, seperti Jawatan Imigrasi Malaysia (JIM) Negeri Sabah, Menteri Besar (Chief Minister) Sabah, dan Jawatan Kesihatan Negeri Sabah.
Hingga kini, petisi telah mendapatkan dukungan dari 313 individu dan organisasi dari Indonesia, Malaysia, dan negara lainnya. Petisi sudah diserahkan KBMB kepada perwakilan pemerintah Malaysia di Indonesia, hari ini.
Penyerahan petisi tersebut juga merupakan bentuk protes KBMB kepada pemerintah Sabah, Malaysia, yang masih terus melakukan berbagai operasi penangkapan berskala besar, walaupun terbukti tidak efektif menekan laju penularan Covid-19. Namun, perwakilan dari Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia yang menemui massa aksi menolak memberikan komentar.
Bersamaan dengan penyerahan petisi tersebut, KBMB juga menyampaikan temuan investigasi terbaru tentang memburuknya buruh migran dan keluarganya. Berdasarkan wawancara tersebut, KBMB mendapati setidaknya empat pelanggaran HAM yang berlaku massal, sistematis, dan rutin.
Pertama, penghukuman dan perlakuan tak manusiawi dan merendahkan masih terus berlangsung di PTS Tawau, Sabah, Malaysia. Pemukulan, pengeroyokan oleh petugas PTS, dipaksa duduk jongkok berjam-jam, hingga duduk di teralis besi selama berjam-jam, contohnya.
Kedua, ketiadaan air bersih di dalam PTS yang terjadi sampai saat ini. Imbasnya, hampir seluruh tahanan mengalami penyakit kulit parah seperti scabies dan kekurangan gizi. Ketiga, pemborgolan selama 24 jam/hari, 7 hari seminggu, selama 1-2 bulan di lokasi penahanan transit.
Terakhir, tingginya angka kematian di dalam PTS Tawau, Sabah, karena hampir tak adanya akses terhadap pelayanan kesehatan. Beberapa dari mereka mengalami sakit berat dan terlambat dibawa ke rumah sakit.