Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pemerintahnya mendukung tanggapan Iran terhadap serangan udara Israel ke kedutaan Iran di Damaskus pada 1 April, yang menewaskan beberapa orang, termasuk Jenderal Mohammad Reza Zahedi, seorang perwira senior di Korps Garda Revolusi Islam (Pasdaran) Iran. Bagi pemimpin Malaysia, reaksi Teheran adalah “tindakan yang sah”.
Setelah serangan tersebut, Anwar mengadakan pertemuan khusus selama dua hari yang dimulai kemarin dengan Dewan Keamanan Nasional, di hadapan para menteri dan pejabat tinggi.
“Serangan yang dilakukan Iran adalah tindakan yang sah [sebagai tanggapan] atas serangan biadab yang dilakukan Tel Aviv terhadap gedung konsulat Republik Islam yang berdekatan dengan Kedutaan Besar Iran,” kata perdana menteri dalam pernyataan khusus.
Anwar menyambut baik jaminan Iran bahwa ini akan menjadi satu-satunya reaksi yang menghalangi serangan lebih lanjut oleh Israel.
“Kami bergabung dengan seluruh dunia yang beradab untuk mendesak rezim Zionis Israel agar tidak memperburuk situasi yang sudah tegang. Ada tanda-tanda jelas yang menunjukkan bahwa dunia tidak ingin melihat situasi yang memburuk,” kata Anwar.
Pemimpin Malaysia tersebut mengatakan bahwa dampak situasi ini terhadap perekonomian negaranya sejauh ini minimal, dengan pasar saham Kuala Lumpur dibuka sedikit lebih rendah, yang mencerminkan tren regional.
Namun, dia mencatat bahwa pemerintah akan terus memantau situasi dan mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan keselamatan, kesejahteraan, dan kemakmuran seluruh warga Malaysia. “Kepentingan negara akan menjadi pertimbangan utama kami,” kata Anwar.
Pertemuan dua hari dengan Dewan Keamanan Nasional menunjukkan bahwa Malaysia menanggapi peristiwa dan berita dari Timur Tengah dengan sangat serius untuk melindungi Malaysia dan warganya dari dampak konfrontasi militer.
Bagi Anwar, kunci untuk menyelesaikan masalah ini adalah solusi yang adil, setara, dan segera terhadap situasi di Gaza, di mana perang Israel terhadap Hamas, sebagai respons terhadap serangan tanggal 7 Oktober, telah mengakibatkan lebih dari 33.000 kematian dan memicu bencana kemanusiaan.
“Perhatian global harus dicurahkan sepenuhnya terhadap hal ini, tanpa ada gangguan,” katanya. “Harus ada gencatan senjata jangka panjang yang memungkinkan bantuan kemanusiaan mengalir. Dalam hal ini, kontribusi terbaru Malaysia berupa 100 kontainer diharapkan dapat membantu negara-negara di dunia untuk meninggalkan Malaysia pada 27 April,” imbuhnya.
Di Asia Tenggara, sistem aliansi diterapkan dengan latar belakang meningkatnya eskalasi antara Israel dan Iran, yang menjadi sumber kekhawatiran besar di berbagai negara di kawasan ini.
Di Filipina, pihak berwenang menyatakan “keprihatinan serius” terhadap meningkatnya ketegangan; dalam sebuah pernyataan, Departemen Luar Negeri mendesak para pihak "untuk mengupayakan penyelesaian damai atas konflik mereka".
Beberapa anggota parlemen Filipina juga meminta pemerintah untuk memperhatikan nasib warga Filipina yang tinggal dan bekerja di Iran dan Israel, dan mempersiapkan diri untuk memulangkan mereka jika diperlukan.
Terakhir, ketegangan di Timur Tengah berdampak besar pada perjalanan udara, terutama pada maskapai penerbangan yang beroperasi antara Eropa, Asia Tenggara, dan India yang sering menggunakan wilayah udara Iran.
Jika pesawat dialihkan, seperti pada malam hari terjadinya serangan, durasi dan biaya penerbangan akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi bahan bakar. Salah satu contohnya adalah penerbangan langsung Qantas dari Perth ke London, yang harus dialihkan rutenya dan singgah di Singapura untuk mendapatkan bahan bakar tambahan.(asianews)