Mantan Direktur CIA Mike Pompeo dilantik sebagai Menteri Luar Negeri (menlu) setelah pertempuran antara Demokrat dan Republik. Demokrat menolak Pompeo dan menudingnya sebagai mantan agen rahasia yang anti-Muslim dan memiliki pandangan homophobia.
Pompeo meraih 54 suara dukungan dan 42 suara menentang di Senat. Republik bersatu mendukung Pompeo, sedangkan enam suara Demokrat bergabung mendukungnya. Pendahulunya, Rex Tillerson dipecat bulan lalu oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui Twitter karena konflik pribadi.
“Pompeo akan selalu menempatkan kepentingan rakyat AS terlebih dahulu,” ucap Trump. Dia memuji Pompeo sebagai pria berbakat yang intelektual dalam memimpin Departemen Luar Negeri di masa kritis dalam sejarah.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengungkapkan Pompeo akan bekerja keras dan bertanggungjawab. “Pompeo mengatakan kepada saya bahwa dia senang menjadi Menlu dan siap bekerja,” tuturnya.
Setelah dilantik oleh Hakim Mahkamah Agung Samuel Alito, Pompeo langsung terbang dengan pesawat militer ke Belgia. “Tidak ada Menlu di sejarah modern langsung terbang dan bekerja setelah dinyatakan dilantik,” kata Nauert dilansir BBC.
Sebelum disepakati Senat, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Bob Corker menggambarkan Pompoe sebagai orang yang sempurna untuk berunding dengan Korea Utara (Korut). Apalagi, pada liburan Paskah kemarin, dia pergi ke Pyongyang untuk bertemu dengan Kim Jong-un, pemimpin tertinggi Korut. Denuklirisasi Korut menjadi target utama Pompeo.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley juga mengucapkan selamat kepada Pompeo atas konfirmasi dari Senat. “Selamat untuk Menlu baru dan sahabat baik saya, Mike Pompeo,” tuturnya.
Setelah terbang ke Brussels, Pompeo pergi ke Israel. Dia akan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Dalam lawatannya itu, dia juga akan berkunjung ke Arab Saudi dan Yordania. Dia akan mendiskusikan isu bilateral dan kritis dalam hubungan bilateral dengan negara yang dikunjunginya.
Dalam isu nuklir, Pompeo merupakan orang yang tidak menyukai kesepakatan nuklir Iran. Dia memilih untuk memperbaiki kesepakatan itu dibandingkan membatalkannya. Tapi, Demokrat menyatakan skeptis. Pompeo harus bekerja keras bersama dengan Trump yang ingin membatalkan kesepakatan nuklir Iran.
Di internal Departemen Luar Negeri, Pompeo berjanji memperbaiki manajemen institusi itu. Dia akan fokus mengisi banyak posisi diplomat yang kosong.