Mantan perwira polisi telah dipenjara dikarenakan penembakan yang dilakukannya terhadap seorang pria di Albania, yang memicu demonstrasi massal.
Klodian Rasha, ditembak dan dibunuh oleh pihak berwenang selama patroli jam malam Covid-19 di Tirana pada Desember. Polisi mengatakan dia mengabaikan panggilan petugas untuk berhenti dan melarikan diri.
Pada Rabu (14/7), pengadilan Albania memvonis mantan perwira Nevaldo Hajdaraj atas 'pembunuhan yang melebihi pembelaan diri yang diperlukan' dan menjatuhkannya hukuman 10 tahun penjara.
Penembakan polisi tersebut memicu protes kekerasan selama seminggu di Albania, meskipun ada larangan Covid-19 untuk melakukan pertemuan publik.
Hajdaraj dipecat setelah insiden tersebut, mengakui penembakan itu, dan mengatakan kepada pengadilan bahwa dia menyesali tindakannya.
Namun, keluarga korban mengungkapkan kemarahannya setelah hukuman mantan perwira itu dikurangi karena mengakui perbuatannya.
"Bagaimana Anda bisa menyebut ini keadilan ketika semuanya jelas tetapi anda mengubahnya menjadi penilaian terbatas?" kata ayah Rasha, Qazim.
Kematian pria berusia 25 tahun di dekat rumahnya di ibu kota Albania itu menyebabkan unjuk rasa massal di luar gedung-gedung pemerintah negara Albania.
Para demonstran melemparkan batu, suar, petasan, dan kembang api ke arah polisi, yang dibalas dengan gas air mata dan meriam air oleh polisi. Kemarahan publik atas penembakan itu juga menyebabkan pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Albania Sander Lleshaj.
Presiden Albania Ilir Meta mengatakan ,pada Desember bahwa insiden tragis itu sangat mengguncang semua orang di negara itu, dan menyalahkan para pejabat karena meningkatkan kekerasan yang dilakukan polisi.
Protes juga memicu ketegangan politik yang lebih luas antara pemerintah Sosialis dan partai oposisi utama. Albania akan mengadakan pemilihan parlemen pada April 2021.