Pada Selasa (13/8), jaksa penuntut umum mengatakan bahwa mantan Presiden Kyrgyzstan Almazbek Atambayev didakwa memiliki senjata secara ilegal, membunuh seorang perwira pasukan khusus, menyandera dan mengorganisasi kerusuhan massal.
Sementara itu, Kepala Layanan Keamanan Nasional Orozbek Opumbayev mengatakan bahwa Atambayev memiliki niat untuk mengatur kudeta.
Penahanan Atambayev digambarkan dramatis karena dilakukan lewat dua kali upaya penggerebekan pada 7-8 Agustus, menewaskan seorang petugas dan membuat enam lainnya disandera oleh pendukung Atambayev sebelum akhirnya mantan penguasa itu menyerah.
Sekitar 80 orang terluka dan 53 orang dirawat dalam peristiwa itu.
Kyrgyzstan telah mengalami dua revolusi dalam waktu kurang dari dua dekade dan terperangkap dalam konflik yang meningkat antara Atambayev dan penggantinya, Sooronbai Jeenbekov.
Atambayev menjadi sebagai presiden negara bekas Soviet itu pada 2011-2017. Jeenbekov sendiri merupakan anak didik Atambayev, namun hubungan keduanya memburuk setelah transfer kekuasaan.
Jeenbekov disebut berusaha menyampingkan Atambayev secara politis tahun lalu dengan menyingkirkan para loyalisnya dari lingkar kekuasaan.
Parlemen mencabut kekebalan hukum Atambayev pada Juni sehingga dia dapat dipanggil sebagai saksi dalam kasus pembebasan tidak sah pemimpin kejahatan Chechnya pada 2013. Atambayev mengabaikan tiga panggilan dari kementerian dalam negeri.
Selain itu, Atambayev juga dituduh terlibat dalam sejumlah kasus korupsi, namun dia membantahnya. Pria berusia 62 tahun tersebut telah mengabaikan perintah untuk menyerahkan diri kepada polisi agar diinterogasi, menyebutnya tindakan ilegal.
Kyrgyzstan adalah sebuah republik di Asia Tengah yang merdeka menyusul runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Dengan luas sekitar dua pertiga dari luas Inggris, populasi negara ini hanya enam juta. Kebanyakan dari mereka adalah muslim berbahasa Turki.
Negara ini relatif miskin, dengan PDB per kapita setara dengan Kamerun atau Kenya. Ketidakpuasan terhadap pemerintah menandai kurangnya stabilitas politik sejak kemerdekaan, di mana dua presiden pertama pasca-Soviet digulingkan setelah gelombang protes massa.