Mantan presiden Georgia Mikheil Saakashvili mengakhiri mogok makan selama 50 hari pada Sabtu setelah dia dipindahkan ke rumah sakit militer.
Saakashvili melancarkan mogok makan setelah dipenjara sekembalinya dari pengasingan di Ukraina pada 1 Oktober. Ia mengklaim penangkapannya bersifat politis. Pada hari Kamis, dia pingsan dan ditempatkan di bangsal perawatan intensif.
Komisaris hak asasi manusia Georgia memperingatkan Saakashvili akan segera menghadapi berbagai komplikasi kesehatan. Seorang dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa dia berisiko mati karena gagal jantung, pendarahan dalam dan koma jika dia tidak dipindahkan ke unit perawatan intensif.
Saakashvili dipindahkan ke rumah sakit di kota Gori, sekitar 90 kilometer (55 mil) barat ibukota Tbilisi.
Dokter pribadinya, Nokoloz Kipshidze, mengatakan "Saakashvili secara resmi membatalkan mogok makannya setelah dia dipindahkan ke rumah sakit militer Gori."
Bagaimana Saakashviili berakhir di penjara?
Saakashvili adalah presiden Georgia antara 2004 dan 2013. Setelah meninggalkan Georgia pada 2013, Saakashvili menjadi gubernur Odessa di bawah mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko. Hubungannya dengan Poroshenko kemudian memburuk dan kewarganegaraan Ukrainanya dicabut.
Belakangan, Saakashvili menjadi penasihat antikorupsi di bawah Presiden Volodymyr Zelenskyy.
Menjelang pemilihan lokal bulan lalu di Georgia, Ia diam-diam kembali ke negara asalnya dan mendesak para pendukungnya untuk turun ke jalan untuk "melindungi hasil pemungutan suara." Dia dengan cepat ditahan dan sekarang menghadapi hukuman enam tahun penjara setelah hukuman in absentia 2018 karena penyalahgunaan kekuasaan.
AS ingin Saakashvili diperlakukan 'adil'
Penangkapan Saakashvili telah memperdalam krisis yang meletus setelah pemilihan parlemen tahun lalu, yang dikecam oposisi sebagai penipuan.
Pengacara berusia 53 tahun Dito Sadzaglishvili mengatakan layanan penjara negara itu "dipandu oleh motif politik, bukan pertimbangan medis."
"Pemerintah menyangkal hak Saakashvili untuk mendapatkan perawatan medis yang layak," katanya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, mendesak pihak berwenang Georgia untuk "memperlakukan Saakashvili secara adil dan bermartabat."
Bulan lalu, Perdana Menteri Irakli Garibashvili memicu kemarahan dengan mengatakan bahwa Saakashvili "memiliki hak untuk bunuh diri." Garibashvili juga mengatakan pihak berwenang melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan perawatan yang tepat.