Artefak batu dan tulang binatang ditemukan di sebuah gua dalam di bagian utara Timor Timur. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang tempat tinggal manusia purba lebih dari 35.000 tahun sebelum orang Mesir membangun piramida pertama.
Para arkeolog dari universitas Australia dan Inggris mengatakan ribuan artefak batu dan tulang binatang yang ditemukan di sebuah gua. Lokasi itu dikenal sebagai tempat perlindungan batu Laili, di bagian utara Timor Timur, menunjukkan bahwa manusia purba hidup di sana sekitar 44.000 tahun yang lalu.
Para peneliti mengatakan analisis mereka terhadap sedimen dalam, yang berusia antara 59.000 dan 54.000 tahun, dari gua dan lokasi lain di Timor Timur, juga dikenal sebagai Timor-Leste, mengungkapkan “tanda kedatangan” yang menunjukkan bahwa manusia tidak ada di wilayah tersebut sebelum 44.000 tahun yang lalu.
“Tidak seperti situs lain di kawasan ini, tempat perlindungan batu Laili menyimpan sedimen dalam yang tidak menunjukkan tanda-tanda jelas adanya pendudukan manusia,” kata Shimona Kealy dikutip Al Jazeera. Arkeolog dan paleobiolog dari Australian National University (ANU) itu terlibat dalam penelitian tersebut.
Para peneliti – dari ANU, Flinders University, University College London (UCL), dan ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage – mempublikasikan temuan mereka di jurnal Nature Communications pekan ini.
Penemuan baru di negara ini adalah yang terbaru di wilayah yang dikenal dengan beberapa temuan arkeologi paling kuno yang memberikan wawasan tentang kehidupan manusia purba, selain negara tetangga Indonesia dan Australia.
Penemuan ribuan artefak batu dan tulang binatang di sebuah gua yang dalam di Pulau Timor telah membuat para arkeolog mengkaji ulang rute yang diambil manusia purba untuk mencapai Australia.
Profesor dan arkeolog ANU Sue O’Connor mengatakan sedimen yang baru diperiksa memberikan wawasan tentang kapan manusia tiba di pulau Timor.
“Tidak adanya manusia di Pulau Timor lebih awal dari setidaknya 50.000 tahun yang lalu merupakan hal yang signifikan karena menunjukkan bahwa manusia purba ini tiba di pulau tersebut lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya,” kata O’Connor kepada SBS.
Ia menambahkan, bukti baru ini telah mendorong evaluasi ulang rute yang digunakan untuk migrasi manusia pertama antara daratan Asia Tenggara dan Australia.