close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Emily Hand. Foto: Ist
icon caption
Emily Hand. Foto: Ist
Dunia
Minggu, 26 November 2023 15:00

Masalah 'kata' bikin Israel berang lagi terhadap Presiden Irlandia

Salah satu warga Irlandia-Israel, yang masih bocah, bernama Emily Hand,  menjadi salah satu sandera Hamas.
swipe

Israel tidak pernah suka dengan kata netral untuk melabeli Hamas dan aksi militernya termasuk penyanderaan saat penyerangan 7 Oktober 2023. Menjadi masalah kalau ada media yang tidak mau menyemakatkan sebutan teroris terhadap Hamas. Negeri Zionis itu juga sewot bila sandera disebut 'orang yang hilang' ketimbang 'diculik secara brutal'. PM Irlandia Leo Varadkar kena semprot karena ini. 

Salah satu warga Irlandia-Israel, yang masih bocah, bernama Emily Hand,  menjadi salah satu sandera Hamas. Ia dilepaskan kemarin, bersama sejumlah sandera lain, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata. 

Dalam sebuah pernyataan yang diposting di X pada hari Sabtu, Leo Varadkar mengatakan, “Anak tak berdosa yang hilang kini telah ditemukan dan dikembalikan dan kami merasakan kelegaan yang sangat besar. Doa kami telah terkabul.” 

Juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy pada hari Minggu mengecam Leo Varadkar atas pernyataannya tentang tawanan Irlandia-Israel berusia sembilan tahun itu.

Menanggapi postingan X Varadkar, Levy mengatakan Hand tidak “hilang” tetapi telah “diculik secara brutal oleh regu pembunuh yang membantai tetangganya”.

“Dia tidak 'ditemukan'. Hamas mengetahui keberadaannya selama ini dan dengan sinis menyanderanya. Dan Hamas tidak menjawab doa Anda. Ini menjawab tekanan militer Israel,” tulis Levy.

“Tanpa tekanan militer Israel terhadap Hamas, yang dengan memalukan disebut oleh Irlandia sebagai ‘sesuatu yang mendekati balas dendam,’ si kecil Emily Hand akan tetap menjadi sandera Hamas. Bukan berarti Hamas 'buta, tapi sekarang mereka melihat' (jika pernyataan di atas merupakan singgungan pada Amazing Grace),” tambah Levy.

Hubungan Israel dan Irlandia sangat tegang. Setelah Hamas melancarkan serangan mendadak di Israel pada tanggal 7 Oktober, Varakdar mengecam serangan tersebut, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan 240 orang disandera. Namun, beberapa hari kemudian, perdana menteri Irlandia menjadi salah satu dari sedikit pejabat Eropa yang mengecam Israel.

Leo Varakdar bukan kali ini saja membuat berang Israel, karena tidak mau didikte sesuai keinginan propanda mereka. Setelah Israel mulai menghujani Gaza dengan bom, PM Irlandia itu mengecamnya.

“Israel tidak punya hak untuk berbuat salah,” kata Varakdar.

Varakdar memang berdiri di sisi yang berseberangan dengan negara Eropa kebanyakan menyikapi kebrutalan Israel. Kecamannya terhadap Israel ia lontarkan ketika sebagian besar pemimpin Eropa menekankan “hak” Israel untuk membela diri selama kampanye pemboman di Gaza, daerah kantong yang diperintah oleh Hamas.

Presiden Irlandia Michael D Higgins, yang perannya sebagian besar bersifat seremonial, juga mengkritik Israel dan menuduh Israel mengurangi hukum internasional seputar perlindungan warga sipil hingga menjadi “compang-camping”.

“Beginilah caramu menggambarkan seorang gadis kecil yang hilang saat berjalan-jalan di hutan, lalu ditemukan oleh seorang pejalan kaki yang ramah. Bukan seorang gadis yang diculik secara brutal oleh pasukan pembunuh yang secara brutal membantai tetangganya. Tapi ini menjelaskan besarnya kontribusi Irlandia: doa,” tulis Levy di postingan lain setelah pembebasan Emily.

Siapa Emily Hand?
Emily Hand adalah salah satu dari sekitar 240 orang yang diculik oleh kelompok bersenjata Hamas ketika mereka menerobos perbatasan militer Gaza dengan Israel pada 7 Oktober.

Hamas pada hari Sabtu membebaskan kelompok kedua warga sipil Israel dan asing yang mereka sandera di Jalur Gaza dengan imbalan tahanan Palestina. Pihak berwenang Israel mengatakan 13 warga Israel, termasuk Emily, dan empat warga negara Thailand telah kembali ke Israel.

Emily berusia sembilan tahun awal bulan ini saat disekap.

Ayahnya, Thomas Hand, yang lahir di Irlandia dan kemudian pindah ke Israel, mengatakan kepada kantor berita AFP awal bulan ini bahwa awalnya dia mengira putrinya telah tewas dalam serangan itu.

"Kemudian kami memiliki seorang saksi mata... (yang) melihatnya dibawa pergi oleh para teroris, ke dalam sebuah van menuju Gaza setelah serangan terhadap kibbutz Beeri," katanya.

Solidaritas Irlandia 

Politikus Irlandia yang muncul di panggung internasional dikenal kerap melontarkan kecaman terhadap Israel atas penjajahannya di Israel. 

Setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, Presiden Irlandia Michael Higgins mengkritik pernyataan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang bersimpati kepada Israel. Higgins mengatakan bahwa der Leyen "tidak berbicara atas nama Irlandia dan dia tidak berbicara atas nama pendapat mereka."

Higgins sebelum ini juga dikritik oleh Duta Besar Israel di Irlandia,  Dana Erlich. Ia dipersoalkan karena mengatakan Israel telah melanggar hukum internasional. Erlich pun menanyakan netralitas Higgins.

"Dengan mengumumkan terlebih dahulu bahwa Anda akan melanggar hukum internasional dan melakukan hal tersebut terhadap masyarakat yang tidak bersalah, hal ini mengurangi seluruh aturan yang ada sejak perang dunia kedua mengenai perlindungan warga sipil dan hal ini membuat aturan tersebut menjadi compang-camping," kata Higgins.

Menteri Perdagangan dan Ketenagakerjaan Irlandia Simon Coveney mengatakan kepada RTÉ bahwa kritik Erlich tidak membantu.

“Saya pikir Michael D Higgins telah mencerminkan pandangan banyak orang di Irlandia,” tambah mantan menteri luar negeri itu.

Persepsi Irlandia terhadap Israel terbentuk seiring tumbuhnya perjuangan pemberontakan anti-Inggris dan perang saudara yang menyakitkan yang membuat Irlandia Utara berada di bawah kendali Inggris.

Bagi banyak orang di Irlandia, Israel lebih mirip dengan entitas kolonial yang didirikan secara paksa oleh pengaruh Inggris, yang bertekad untuk menguasai penduduk asli.

Pandangan ini semakin diperkuat oleh tindakan Israel setelah tahun 1967, khususnya pendudukannya di Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Perampasan tanah Palestina dan penerapan kekuasaan militer membangkitkan kenangan akan sejarah penindasan Irlandia di tangan Inggris.

Hal ini telah membentuk hubungan yang kuat antara kedua negara, yang terpisah secara geografis namun dipersatukan oleh kerinduan mereka akan keadilan dan kebebasan, dan terus membentuk wacana internasional dan advokasi untuk hak-hak Palestina.

Pada tahun 1980, Irlandia membuat sejarah dengan menjadi anggota UE pertama yang secara resmi menyerukan pembentukan negara Palestina.

Ini adalah momen penting dalam komitmen negara tersebut untuk memajukan hak-hak warga Palestina.

Sementara itu, mereka menolak untuk membuka Kedutaan Besar Israel di Dublin hingga tahun 1993, dan menjadi anggota Uni Eropa terakhir yang melakukannya. Ini adalah sikap penentangan terhadap perlakuan Tel Aviv terhadap warga Palestina, dan memperkuat dedikasi Irlandia untuk berdiri dalam solidaritas dengan Palestina.

Saat ini, di tengah krisis kemanusiaan di Gaza, Irlandia sekali lagi berada di garis depan dalam menentang Israel di UE.

Perspektif Irlandia terhadap perjuangan Palestina berakar pada perjuangan sejarah mereka sendiri, sehingga menumbuhkan empati yang mendalam terhadap perjuangan Palestina. Mulai dari warga negara Irlandia biasa hingga pejabat pemerintah dan anggota Dail, parlemen Irlandia.

Sikap Irlandia dalam mendukung Palestina bukan hanya menunjukkan persatuan di dalam negeri namun juga merupakan seruan bagi koalisi internasional yang lebih luas melawan ketidakadilan yang dihadapi rakyat Palestina. (hindustantimes, bbc, anadolu)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan