Masih terasa euforia selepas konferensi tingkat tinggi (KTT) Presiden Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-um, Presiden Amerika Serikat justru memperpanjang sanksi untuk Pyongyang selama setahun.
Padahal Presiden Trump dikenal sangat optimistis dan antusias mengenai denuklirisasi Korut. Dia sebelumnya mengatakan Pyongyang bukan lagi ancaman bagi AS. Ternyata, kini Trump justru tidak yakin dengan Korut.
"Saya menganggap Pyongyang masih menjadi ancaman luar biasa," kata Trump dilansir Al Jazeera pada Sabtu (23/6). Sanksi yang diperpanjang itu sebenarnya telah diberlakukan sejak 2008.
Selepas bertemu dengan Kim di Siangapura pada 12 Juni lalu, Trump mengungkapkan sanksi tidak akan dicabut hingga Pyongyang telah membuat kemajuan dalam denuklirisasi.
"Semua orang kini merasa aman dibandingkan ketika saya berkuasa," kata Trump. "Tidak ada lagi ancaman nuklir dari Korut," ungkapnya.
Perintah perpanjangan sanksi itu menunjukkan kalau Korut bisa menggunakan material yang tak digunakan untuk menjadi senjata nuklir. AS juga menganggap kebijakan Korut masih menjadi ancaman tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan, kebijakan luar negeri, dan ekonomi AS.
Sementara itu, Pentagon menegaskan penundaan latihan militer dengan Korea Selatan (Korsel). Penundaan latihan perang itu sebagai kemenangan besar bagi Pyongyang dan Beijing.
"Penundaan latihan perang bertujuan mengimplementasikan hasil KTT Singapura," ujar juru bicara Pentagon Dana W White. Dia menambahkan langkah itu setelah berkoordinasi dengan Seoul.
Mengulangi argumen Korut, Trump menjelaskan kalau latihan perang memang provokatif bagi Pyongyang. Dia juga menambahkan latihan perang memang sangat mahal. Trump juga berspekulasi tentang penarukan 28.500 pasukan AS dari Korsel.