close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
UNHCR mengatakan jumlah pelayaran perahu berbahaya yang dilakukan oleh Rohingya meningkat enam kali lipat pada tahun 2022. Foto Amanda Jufrian-AFP
icon caption
UNHCR mengatakan jumlah pelayaran perahu berbahaya yang dilakukan oleh Rohingya meningkat enam kali lipat pada tahun 2022. Foto Amanda Jufrian-AFP
Dunia
Rabu, 11 Januari 2023 05:10

Mau minggat, Myanmar penjarakan 112 orang Rohingya

Kelompok tersebut ditangkap pada bulan Desember setelah mereka ditemukan di atas perahu motor "tanpa dokumen resmi", kata laporan itu.
swipe

Myanmar telah memenjarakan 112 orang, termasuk 12 anak-anak, dari minoritas Rohingya setelah mereka tertangkap berupaya meninggalkan negara tersebut.

Pengadilan di Bogale, wilayah Ayeyarwady selatan Myanmar, menghukum kelompok itu pada 6 Januari, surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola negara melaporkan pada Selasa (10/1) mengutip polisi setempat.

Kelompok tersebut ditangkap pada bulan Desember setelah mereka ditemukan di atas perahu motor "tanpa dokumen resmi", kata laporan itu.

Dari 12 anak, lima di bawah usia 13 tahun dan dihukum dua tahun, dan anak yang lebih tua tiga tahun. Mereka dipindahkan ke "sekolah pelatihan pemuda" pada hari Senin, menurut Global New Light of Myanmar.

Semua orang dewasa dipenjara selama lima tahun, tambahnya.

Etnis Rohingya yang sebagian besar Muslim ditolak kewarganegaraan dan hak-hak dasar lainnya di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, yang mengklaim bahwa mereka merupakan “migran ilegal” asal Asia Selatan.

Ratusan ribu orang meninggalkan negara itu ke negara tetangga Bangladesh pada tahun 2017 setelah penumpasan brutal oleh militer yang sekarang menjadi subjek pengadilan genosida internasional.

Banyak dari mereka yang tetap tinggal di Myanmar dikurung di kamp-kamp di mana mereka dikenai pembatasan yang ketat terhadap pergerakan mereka, menghambat kemampuan mereka untuk bekerja, belajar atau mendapatkan bantuan medis.

Digambarkan sebagai minoritas paling teraniaya di dunia, Rohingya dari kamp-kamp pengungsi di Bangladesh serta di Myanmar terus mempertaruhkan nyawa mereka dalam perjalanan laut yang berbahaya untuk sampai ke Malaysia dan Indonesia, dua negara mayoritas Muslim, di mana mereka percaya bahwa mereka akan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.

Setidaknya 185 orang Rohingya mendarat di provinsi paling utara Aceh di Indonesia akhir bulan lalu setelah kapal mereka hanyut di laut selama beberapa pekan.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan jumlah Rohingya yang melakukan perjalanan semacam itu meningkat enam kali lipat tahun lalu dibandingkan tahun 2021.

Dua kapal, yang membawa lebih dari 200 orang, mendarat di provinsi Aceh, bulan lalu.(aljazeera)

img
Arpan Rachman
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan