close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga mengikuti test usab (swab) Covid-19 menggunakan mobil lab PCR di RSUD Sidoarjo, Jatim, Kamis (28/5/2020). Foto Antara/Umarul Faruq
icon caption
Warga mengikuti test usab (swab) Covid-19 menggunakan mobil lab PCR di RSUD Sidoarjo, Jatim, Kamis (28/5/2020). Foto Antara/Umarul Faruq
Dunia
Jumat, 21 Agustus 2020 16:48

Media AS sebut Indonesia gagal kontrol gelombang pertama Covid-19

Laporan Reuters juga menggarisbawahi sejumlah klaim janggal yang dilontarkan pejabat Indonesia untuk mengatasi Covid-19.
swipe

Media yang berbasis di Amerika Serikat, Reuters, pada Kamis (20/8) menyebut, Indonesia telah gagal mengontrol penyebaran infeksi dalam gelombang pertama Covid-19.

Dalam artikel bertajuk "Endless first wave: How Indonesia failed to control coronavirus", media tersebut menyorot sejumlah upaya pemerintah yang dinilai tidak efektif dalam mencegah peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Laporan Reuters juga menggarisbawahi sejumlah klaim janggal yang dilontarkan pejabat Indonesia untuk mengatasi Covid-19. Salah satunya dinyatakan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyebut jus herbal dari buah manggis dapat mengobati infeksi coronavirus jenis baru.

Selain Luhut, dalam enam bulan terakhir, Reuters menyatakan, anggota kabinet Presiden Joko Widodo kerap menyarankan metode perawatan yang tidak umum, mulai dari doa hingga kalung anti-Covid.

Solusi-solusi itu disebut mencerminkan pendekatan yang tidak ilmiah dalam memerangi Covid-19 di Indonesia.

Reuters juga menekankan bahwa tingkat pengujian di Indonesia termasuk yang terendah di dunia, dengan pelacakan kontak yang minimal, dan pihak berwenang yang menolak melakukan lockdown atau karantina wilayah bahkan ketika laju infeksi semakin meningkat.

Indonesia sejauh ini melaporkan 147.211 kasus positif Covid-19, termasuk 6.418 kematian. Fatalitas di negara ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Walaupun jumlah infeksi di Indonesia jauh lebih rendah daripada di India, Filipina, atau Amerika Serikat, Reuters menyebut kasus positif di negara-negara itu tinggi karena kampanye pengujian massal yang masif.

Lebih lanjut, laporan itu menilai bahwa kemungkinan besar, skala infeksi sebenarnya di Indonesia masih tersembunyi karena rendahnya tingkat pengujian Covid-19 secara nasional.

Dalam laporannya, Reuters menuturkan Indonesia juga tidak menunjukkan tanda-tanda keberhasilan mengontrol laju infeksi.

Sejak awal pandemik, pemerintah Indonesia lambat dalam merespons dan enggan membagikan informasi baru terkait perkembangan pandemik di dalam negeri kepada publik.

Pada awal Maret, pemerintah mengatakan, kurang dari 160 tes Covid-19 telah dilakukan.

Kemudian pada 13 Maret, Presiden Jokowi menyatakan, kabinetnya "membendung" laju informasi agar tidak menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.

Selain itu, laporan Reuters menyebut keputusan pemerintah Indonesia untuk menolak lockdown total didorong oleh masalah ekonomi dan keamanan. Sebaliknya, pejabat justru mendesak masyarakat untuk memakai masker, mencuci tangan, dan mempraktikan social distancing.

Sejumlah ahli epidemiologi mengatakan khawatir keputusan itu akan merugikan Indonesia dalam jangka panjang, terutama karena sistem kesehatan nasional dinilai tidak memadai untuk mengatasi lonjakan kasus infeksi.

Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Reuters memaparkan, Indonesia hanya memiliki 2,5 tempat tidur perawatan intensif per 100.000 orang.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan