Rondong Sinmun, media pemerintah Korea Utara menganggap kicauan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai serangan dari ‘orang gila’. Sebelumnya, Trump mengaku memiliki tombol nuklir yang lebih besar ketimbang milik Kim Jong-Un.
“Serangan Trump di awal tahun 2018 itu mencerminkan keadaan mental seorang pencundang yang putus asa yang tidak bisa menerima kemajuan tentara dan rakyat Korea Utara,” komentar Rondong Sinmum dengan menggunakan akronim untuk nama resmi Korea Utara (DPRK – Democratic People's Republic of Korea) seperti dilansir Associated Press, Rabu (17/1).
Perang komentar argumen dua negara tersebut, terjadi saat pemimpin Korut Kim Jong-un pada Selasa (2/1) lalu menyebut bahwa ia memiliki tombol nuklir di mejanya, dan nuklir tersebut mampu mencapai Amerika Serikat. Jong-un bahkan menyebut bahwa hal tersebut bukanlah ancaman, namun realita.
Keesokaan harinya Trump melalui akun twitternya merespon, “Saya juga punya tombol nuklir, namun (tombol nuklir) ini lebih besar dan lebih bertenaga ketimbang miliknya (Kim Jong-un), dan tombolku berfungsi!”
Sementara peneliti Woodrow Wilson International Centre, Aaron David Miller juga menganggap kekanak-kanakan. Sosok yang berpengalaman menjadi penasehat beberapa sekretaris negara, menilai bahwa kicauan Trump mengenai ‘tombol nuklirnya’ sangat tidak disarankan.
“Trump begitu ceroboh, seakan-akan menjadikan hal tersebut sebagai permainan,” ungkapnya seperti dilansir The Washington Post.