Trihari Suci yang dirayakan umat Katolik di dunia pada pekan ini menggerakkan sejumlah taipan dunia untuk menyumbangkan kekayaannya demi membangun kembali Katedral Notre Dame, Paris yang dilanda kebakaran pekan lalu. Tiga keluarga terkaya di Prancis merogoh kocek untuk rehabilitasi gereja.
Tiga keluarga di Prancis yakni: Keluarga Kering and the Pinault yakni pemilik dari Kering Groupe Artemis, perusahaan ritel yang bergerak di industri barang mewah.
Lalu, Bernard Arnault yakni investor dan kolektor seni. Serta, CEO dari Louis Vuitton SE, Bettencourt Meyers yakni Chairwoman L'Oreal.
Ketiga taipan ini mengumumkan donasi pertama sebesar US$ 113 juta yang diberikan oleh Keluarga Pinault dan Kering. Kemudian donasi kedua dengan total sebesar US$ 226 juta berasal dari Arnault dan Meyers.
Hujan kritik
Mega donasi tersebut memicu perdebatan soal kekayaan tiga taipan tersebut. Termasuk soal pajak dan persaingan filantropi keluarga terkaya Prancis tersebut.
Para kritikus berpendapat sumbangan untuk memperbaiki Notre Dame tersebut akan lebih baik dihabiskan untuk program sosial. Yakni, membantu orang miskin di negara tertentu.
Selain itu pertanyaannya adalah apakah donor uang tersebut diberikan secara induvidu atau berasal dari perusahaan. Sebab berdasarkan hukum di Prancis apabila seseorang menyumbangkan hartanya untuk amal, maka akan mendapat potongan pajak hingga 60%.
Sementara untuk perusahaan akan mendapat potongan senilai US$ 68 juta hingga US$ 112 juta. Profesor filantropi di ESSEC Business School di Prancis Anne Claire Pache mengatakan, apabila ada potongan pajak untuk kegiatan amal, maka penerimaan pajak negara bakal berkurang.
Tidak ketinggalan, Profesor ekonomi Sciences Po Julia Cage menuding kalau Arnault dan Pinault sedang menjalankan kampanye publisitas dalam memenangkan lomba donasi ini. Donasi sebagai bagian dari mengurangi kewajiban membayar pajak.
"Masyarakat lupa kalau donasi untuk Notre Dame adalah tanggung jawab semua orang Prancis melalui pemotongan pajak," tukas Cage seperti dikutip CNN.
Keluarga Pinault yang mengendalikan merek-merek mewah termasuk Gucci dan Yves Saint Laurent, mengatakan tidak akan mengklaim mendapatkan pengurangan pajak. Sementara L'Oreal (LRLCF) menolak berkomentar apakah keluarga Bettencourt Meyers akan meminta pengurangan pajak.
Serangan atas sumbangan untuk Notre Dame mencerminkan debat yang intens di Prancis tentang meningkatnya ketidaksetaraan antara kekayaan dan perpajakan.
Keluarga di belakang LVMH, Kering dan L'Oreal diperkirakan memiliki kekayaan US$ 181 miliar. Bloomberg Billionaires Index mencatat janji donasi untuk Notre Dame hanya akan mengurangi kekayaan mereka sebesar 1%.
Sarat kepentingan
Sumbangan besar untuk proyek prestise di Eropa telah lama menjadi hal yang penting bagi merek-merek mewah Prancis. Perusahaan merek mewah disebut sarat kepentingan akan sejumlah bangunan di Prancis.
LVMH dan Kering (PPRUF) misalnya, bergantung pada sejumlah warisan Prancis. Oliver Chen, analis ritel dan mewah di Cowen di sebuah bank investasi menilai, kedua merek mewah tersebut bersaing untuk pangsa pasar tertentu.
Chen mencontohkan, dua bangunan di Versailles yang menjadi favorit pribadi Marie Antoinette dibuka kembali untuk umum tahun lalu setelah restorasi yang didanai oleh LVMH's Maison Dior. Keluarga Pinault akan meluncurkan koleksi pribadi seni kontemporernya di bangunan terkenal Bourse de Commerce musim gugur ini.
"Ini adalah demonstrasi untuk melakukan yang baik dan melakukan yang baik. Sangat penting untuk bisnis ini," kata Chen seperti dilansir CNN.
Khusus untuk Notre Dame adalah hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebakaran Katedral tersebut mencatat sejarah baru yakni para taipan dengan cepat memberikan donasi besar menandakan darurat. (CNN)