Sebelum tewas dibunuh di Malaysia, Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un diduga menjadi informan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA).
Pada Senin (10/6), Wall Street Journal merilis laporan yang menyatakan adanya hubungan antara CIA dan Kim Jong-nam. Mereka mengutip sumber anonim yang mengaku memiliki pengetahuan tentang persoalan itu.
Klaim itu pertama kali muncul pekan lalu, dipicu buku yang ditulis oleh jurnalis Washington Post, Anna Fifield. Bukan hanya informan CIA, Fifield mengklaim Kim Jong-nam juga melakukan praktik pencucian uang melalui bisnis kasino dan berhubungan dengan gangster.
Buku berjudul "The Great Successor: The Divinely Perfect Destiny of Brilliant Comrade Kim Jong-un" itu memberi penjelasan mengenai alasan pembunuhan Kim Jong-nam di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017.
Kim Jong-nam diolesi racun saraf VX yang mematikan oleh Siti Aisyah dan Doan Thi Hung, seorang WNI dan warga Vietnam.
Kedua wanita itu mengaku ditipu dan mengira sedang ambil bagian dalam sebuah prank untuk reality show. Malaysia membebaskan Siti Aisyah pada 11 Maret dan Doan Thi Huong bebas pada 4 Mei.
AS dan Korea Selatan menuduh rezim Korea Utara sebagai dalang pembunuhan, namun Pyongyang berulang kali membantah tuduhan tersebut.
Kim Jong-nam, yang sebelumnya tinggal di pengasingan di Makau, disebut sebagai ancaman terhadap rezim Kim Jong-un.
"Kim Jong-nam menjadi informan bagi CIA, sebuah agensi yang sebelumnya selalu berupaya menjatuhkan diktator yang tidak mereka sukai," tulis Fifield dalam bukunya.
Fifield mengatakan bahwa Kim Jong-un menganggap saudara tirinya telah berkhianat karena bertukar informasi dengan mata-mata AS.
"Kim Jong-nam memberikan informasi kepada CIA, biasanya bertemu dengan para agen di Singapura atau Malaysia," sebut Fifield.
Sumber The Journal mengatakan bahwa Kim Jong-nam bertolak ke Malaysia pada Februari 2017 untuk bertemu dengan kontak CIA-nya, meskipun ini mungkin bukan satu-satunya alasan perjalanannya.
Sebagai putra tertua dari keluarganya, Kim Jong-nam telah dipersiapkan selama bertahun-tahun sebagai penerus ayahnya, Kim Jong-il.
Namun, dia tidak disukai oleh adik-adik tirinya. Terutama setelah dia dilaporkan diam-diam melakukan perjalanan ke Jepang dengan paspor palsu untuk mengunjungi Tokyo Disneyland.
Setelah insiden itu, Kim Jong-nam meninggalkan tanah kelahirannya dan menghabiskan waktu di Makau dan Singapura dengan menggunakan banyak nama samaran. Dia bahkan memiliki paspor Portugal, China, serta dua paspor Korea Utara dengan nama yang berbeda.
Sementara itu, posisinya dalam dinasti keluarga direbut Kim Jong-un, yang mengambil alih kekuasaan tidak lama setelah kematian ayah mereka pada Desember 2011.
Baik Kim Jong-nam maupun Kim Jong-un mengalami masa kanak-kanak yang terisolasi, keduanya dididik secara terpisah di Swiss. Hubungan kedua saudara itu tetap renggang bahkan ketika beranjak dewasa. Pada 2013, Kim Jong-un mengeksekusi pamannya, Chang Song-thaek, yang dikabarkan sebagai sosok yang dekat dengan Kim Jong-nam. (The Telegraph)