Puluhan korban penembakan massal di Las Vegas sekitar dua pekan lalu masih dirawat di rumah sakit. Beberapa diantaranya mengalami luka kritis. Ribuan orang yang hadir di konser musik coutry pun masih mengalami trauma psikis.
Tapi, polisi belum bisa mengungkapkan bukti motif di belakang penembakan terparah sepanjang sejarah Amerika Serikat yang dilakukan Stephen Paddock, 64. Polisi masih bingung dengan motif ideologi atau afiliasi dengan kelompok tertentu. Belum ada bukti mengarah ke sana.
Kemudian, pemikir memerkirakan aksi Paddock berkaitan dengan eksistensinya. Dia ingin diingat sejarah dengan melakukan tindakan keji lantaran tidak memiliki prestasi lain. Akhirnya, kejahatan menjadi salah satu caranya.
“Keabadian adalah ambisi baru,” ungkap Daniel Benjamin, Direktur John Sloan Dickey Center for International Understanding di Dartmouth College, dilansir Politico.
Untuk mencapai keabadian, umumnya orang menjadi artis, pemikir ataupun penguasa. Misalnya, Marcus Aurelius atau disebut dengan Timur membangun menara yang terbuat dari tulang manusia yang konon jumlahnya mencapai 70.000 orang.
Diungkapkan Benjamin, saat ini sebenarnya teknologi bisa mengubah segalanya. Seorang pria yang melompat dari balon di angkasa dan bisa meraih rekor dunia. Seorang perempuan bisa berenang dari Kuba ke Florida agar terkenal. Tentunya, itu semua bisa disampaikan ke seluruh dunia dengan YouTube dan media sosial lainnya.
“Eksistensi mereka bisa eksis di internet,” paparnya.