Korea Utara pada Sabtu mengumumkan bahwa pihaknya telah menguji ulang drone kapal selam nuklirnya yang mampu menghasilkan tsunami radioaktif. Korut pun menyatakan telah memverifikasi keandalan sistem dan kapasitas serangannya yang "mematikan".
Badan negara Korea Utara KCNA melaporkan Sabtu, Pyongyang menguji senjatanya yang diberi nama "Haeil-2" (Tsunami-2 dalam bahasa Korea) antara Selasa dan Jumat, dalam uji senjata baru yang bertepatan dengan manuver militer besar yang dilakukan Seoul dan Washington akhir-akhir ini di semenanjung Korea.
Ini adalah tes ketiga yang diumumkan oleh rezim Kim Jong-un sejak dilaporkan untuk pertama kalinya pada 24 Maret tentang keberadaan senjata jenis baru ini, yang disebutnya “Haeil-1” dalam tes sebelumnya.
Drone itu diluncurkan dari sebuah pelabuhan di provinsi timur laut South Hamyong, melacak lintasan "angka delapan oval" selama 71 jam "mensimulasikan jarak 1.000 kilometer" di Laut Jepang dan meledakkan hulu ledak tiruan di area sasaran, menurut KCNA.
Sebagai hasil dari pengujian tersebut, “keandalan dan kemampuan serangan mematikan dari sistem bawah air strategis telah diverifikasi dengan sempurna,” kata badan negara Korea Utara tersebut.
"Sistem senjata baru ini sangat penting untuk mencegah evolusi berbagai aksi militer musuh, menghilangkan ancaman dan pertahanan (Korea Utara), dan akan menjadi potensi militer superior angkatan bersenjata kita,” tambah KCNA.
Badan negara juga merilis foto-foto uji coba tersebut, yang menunjukkan perangkat yang mirip dengan torpedo bergerak di bawah air dan ledakan di bawah air.
Tes tersebut dilakukan setelah Seoul melaporkan kemarin bahwa Pyongyang tidak menanggapi panggilan telepon reguler yang dilakukan melalui jalur komunikasi sipil dan militer, dan ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama. Dalam beberapa hari terakhir, itu termasuk tes anti-kapal selam dan penyebaran pembom strategis B-52.
Korea Utara meluncurkan uji coba pertamanya dengan sistem nuklir kapal selam baru pada 24 Maret, dan pada 28 Maret mengumumkan uji coba baru untuk memverifikasi "keandalan dan keamanannya".
Beberapa ahli mempertanyakan apakah Pyongyang sudah memiliki senjata semacam itu dalam kondisi operasional, yang mampu menghasilkan tsunami radioaktif untuk menghantam armada dan pelabuhan musuh.