close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi China / Pixabay
icon caption
Ilustrasi China / Pixabay
Dunia
Selasa, 17 Desember 2019 12:06

Menlu China: Eropa adalah mitra, bukan saingan

China telah berupaya meningkatkan hubungan dengan Uni Eropa dan sejumlah negara lain di tengah memburuknya relasi dengan Amerika Serikat.
swipe

China memprioritaskan hubungan diplomatik dengan Eropa. Hal tersebut ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Wang Yi, menyoroti upaya Beijing untuk tidak terlalu bergantung pada Amerika Serikat.

"Kami melihat Eropa sebagai mitra kerja sama yang penting dan prioritas dalam agenda diplomatik kami," kata Wang Yi yang juga merupakan anggota Dewan Negara pada Senin (16/2) dalam kunjungannya ke Eropa.

China telah meningkatkan upayanya untuk mempertajam hubungan dengan Uni Eropa dan negara-negara lain termasuk Rusia dan Jepang di tengah memburuknya relasi politik dengan Negeri Paman Sam.

Pernyataan Wang muncul beberapa hari setelah Beijing dan Washington menyetujui kesepakatan dagang.

Kesepakatan yang disebut Fase Satu itu akan menangguhkan tarif AS atas US$156 miliar ekspor China yang dijadwalkan berlaku pada 15 Desember. Sementara para pejabat AS telah menggembar-gemborkan perjanjian tersebut, pihak China justru lebih berhati-hati dan menekankan bahwa sengketa dagang belum sepenuhnya diselesaikan.

Berbicara di sebuah think tank di Brussels, Belgia, Wang mengatakan China bukan saingan Uni Eropa dan seharusnya tidak diperlakukan demikian.

"Faktanya, setiap orang yang berkepala dingin dengan sudut pandang yang objektif akan melihat bahwa bagi China dan Uni Eropa, kerja sama jauh melebihi persaingan dan area konsensus kita jauh melampaui perbedaan. Kita adalah mitra, bukan rival," ujar Wang Yi.

Sementara itu, dalam Asia-Europe Meeting (ASEM) ke-14 di Madrid, Spanyol, Wang Yi menuturkan bahwa China menentang blokade teknologi dan hegemoni digital.

"China juga menentang terciptanya kesenjangan teknologi," tegas dia.

Pemerintah AS telah memasukkan sejumlah perusahaan teknologi China dalam daftar hitam, dan juga meminta dukungan internasional atas pelarangan penggunaan teknologi Huawei dengan alasan risiko keamanan. Raksasa teknologi yang berpusat di Shenzhen, China, itu telah berkali-kali menyangkal produknya merupakan ancaman.

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan