Presiden Estonia Kersti Kaljulaid meminta maaf setelah menteri dalam negerinya mengejek Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin, menyebutnya sebagai "sales girl" dan mempertanyakan kelayakannya menyandang jabatan itu.
Dalam program talkshow radio pada Minggu (15/12), Menteri Dalam Negeri Estonia Mart Helme yang juga pemimpin partai sayap kanan Ekre, mencemooh PM Marin dan pemerintahannya.
"Sekarang kita melihat bagaimana seorang 'sales girl' menjadi perdana menteri dan sejumlah aktivis jalanan dan orang-orang tidak berpendidikan juga bergabung dalam kabinetnya," kata Helme.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (16/12), Presiden Kaljulaid menyatakan telah meminta Presiden Finlandia Sauli Niinisto untuk menyampaikan permintaan maaf kepada Marin dan pemerintahnya.
"Saya juga mengakui betapa saya sangat malu atas insiden ini," kata dia.
PM Marin telah berbicara tentang bagaimana dia tumbuh dalam keluarga yang kurang beruntung. Dia sempat bekerja sebagai kasir sebelum menempuh pendidikan perguruan tinggi dan memulai karier politik.
Perempuan berusia 34 tahun yang merupakan perdana menteri termuda di dunia itu adalah orang pertama yang tamat SMA dan kuliah di keluarganya.
Menanggapi ejekan Helme, Marin mentwit bahwa dia sangat bangga dengan Finlandia.
"Di negara ini, anak-anak yang lahir dari keluarga miskin bisa memiliki pendidikan dan meraih banyak hal dalam hidup mereka. Seorang mantan kasir toko bahkan bisa menjadi perdana menteri," twit Marin.
Helme kemudian meminta maaf kepada PM Marin. Dia mengatakan, komentarnya berniat untuk menggarisbawahi bahwa berkat upaya sendiri, orang dari kelas sosial rendah dapat meraih status politik tinggi.
"Jika ada yang salah paham, maka saya menawarkan permintaan maaf kepada PM Finlandia," ujar dia.
Helme dikenal atas pernyataannya yang blak-blakan dan perilakunya yang kontroversial.
Kaja Kallas, pemimpin oposisi Estonia, pada Senin mengatakan bahwa oposisi akan meluncurkan mosi tidak percaya di parlemen jika Helme tidak mengundurkan diri atas komentarnya tentang PM Finlandia.
"Helme telah menyinggung pemerintah Finlandia dan secara pribadi menyerang perdana menteri baru mereka," kata Kallas. (The Guardian dan BBC)