Setelah melalui serangkaian proses, Jepang resmi memiliki kaisar baru menyusul penobatan Naruhito (59) pada Selasa (22/10). Upacara pelantikan dihadiri oleh utusan, yang terdiri dari kalangan keluarga kerajaan dan pemerintahan, dari lebih dari 180 negara.
Sebenarnya, Naruhito dan istrinya, Masako (55), telah menjadi kaisar dan permaisuri sejak 1 Mei lewat sebuah upacara singkat. Upacara yang disebut "Sokuirei-Seiden-no-gi" yang berlangsung hari ini adalah ritual yang lebih rumit, di mana dia secara resmi mengumumkan perubahan statusnya ke dunia.
"Saya bersumpah akan bertindak sesuai dengan konstitusi dan memenuhi tanggung jawab saya sebagai simbol negara dan persatuan rakyat," ungkap Kaisar Naruhito di hadapan sekitar 2000 tamu, termasuk Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin.
"Saya sangat berharap bahwa Jepang akan berkembang lebih jauh serta berkontribusi pada persahabatan dan kedamaian komunitas internasional, serta untuk kesejahteraan dan kemakmuran manusia."
Pada 1 April, pihak Istana Kekaisaran telah mengumumkan Reiwa sebagai nama era di bawah kepemimpinan Naruhito.
Naruhito adalah Kaisar Jepang pertama yang lahir setelah Perang Dunia II. Dia mewarisi Takhta Krisantemum ketika ayahnya, Akihito, memilih turun takhta atas alasan faktor usia yang mungkin akan mempersulitnya menjalankan tugas-tugas resmi.
Akihito menjadi kaisar pertama yang turun takhta dalam dua abad terakhir.
Di tengah gegap gempita penobatan, yang oleh pemerintah dinyatakan sebagai hari libur nasional, Jepang sendiri tengah berduka menyusul Topan Hagibis yang menerjang negara itu pada 12 Oktober dan menewaskan 82 orang.
Parade publik, di mana Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako, menyapa rakyat dari mobil beratap terbuka ditunda hingga 10 November. Langkah tersebut diambil demi menghormati korban Topan Hagibis.
Sebuah perjamuan akan diadakan pada Selasa malam, sebelum Naruhito dan Masako menjadi tuan rumah pesta teh bagi para anggota keluarga kerajaan asing pada Rabu (23/10) sore. Pemerintah Jepang mengampuni sekitar setengah juta orang yang dihukum karena kejahatan kecil, seperti pelanggaran lalu lintas, untuk menandai penobatan Naruhito.
Sejak lama, kelangsungan Kekaisaran Jepang menjadi sorotan menyusul kian menyusutnya anggota keluarga laki-laki. Di bawah hukum yang ada saat ini, Putri Aiko (17), anak semata wayang Naruhito dan Masako, tidak dapat mewarisi takhta.
Kecuali hukum direvisi, masa depan keluarga Kekaisaran Jepang saat ini berada di pundak ponakan Putri Aiko, Pangeran Hisahito (13). Dia berada di urutan kedua setelah ayahnya, Pangeran Akishino, yang merupakan adik Kaisar Naruhito.
Mungkin sebagian besar rakyat Jepang menyambut upacara penobatan, namun tidak sedikit yang menganggapnya gangguan. Setidaknya ada sebuah protes yang diikuti oleh puluhan orang.
"Tidak perlu upacara rumit seperti itu. Lalu lintas dibatasi dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang biasa," kata Yoshikazu Arai (74), seorang pensiunan ahli bedah.
"Sekarang, kaisar diperlukan sebagai simbol rakyat, tetapi pada titik tertentu, kaisar tidak lagi diperlukan. Segalanya akan baik-baik saja tanpa seorang kaisar."