Presiden Israel telah meminta Knesset untuk memilih perdana menteri baru. Knesset punya tiga minggu untuk melakukan itu atau Israel terpaksa menggelar pemilu keempat kalinya dalam waktu satu tahun.
Langkah tersebut diambil Presiden Reuven Rivlin setelah negosiasi antara Benjamin Netanyahu yang bertindak sebagai PM sementara dan rivalnya, Benny Gantz, gagal mencapai kesepakatan pada tenggat yang ditetapkan.
Meski tenggat berlalu, Netanyahu dan Gantz mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan negosiasi menuju sebuah pemerintah persatuan "darurat" yang dimaksudkan untuk mengarahkan negara itu melalui krisis Covid-19.
Sebelumnya, Presiden Rivlin telah setuju untuk memperpanjang tenggat negosiasi antara Netanyahu dan Gantz. Namun, mandat Gantz untuk membentuk pemerintahan berakhir pada Rabu tengah malam.
Gagalnya negosiasi disebut akan menyulitkan rencana pemulihan ekonomi yang dipicu pandemik Covid-19.
Hingga berita ini diturunkan, Israel mencatat 12.591 kasus Covid-19, di mana 140 di antaranya meninggal dan 2.624 lainnya telah dinyatakan sembuh.
Gantz sejak lama mengatakan bahwa dia tidak ingin bergabung dengan pemerintahan yang dipimpin Netanyahu, yang menghadapi dakwaan atas tuduhan korupsi. Persidangan Netanyahu sendiri akan dimulai bulan depan.
Tetapi dahsyatnya krisis Covid-19 disebut telah mendorong Gantz menjilat ludahnya dan mempertimbangkan kesepakatan, membuat marah banyak pendukungnya yang anti-Netanyahu.
Jajak pendapat yang dirilis Senin oleh Channel 12 menyebutkan, jika pemilu diadakan sekarang, maka Partai Likud pimpinan Netanyahu akan melihat peningkatan empat kursi menjadi 40 di 120 kursi yang terdapat di Knesset. Sementara itu, aliansi Biru dan Putih yang dipimpin Gantz hanya akan mampu meraih 19 kursi.
Dalam jajak pendapat yang sama juga ditunjukkan bahwa sekitar 64% warga Israel puas dengan penanganan pandemik oleh pemerintahan Netanyahu. (Al Jazeera)