Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin (21/10) mengumumkan bahwa dia tidak berhasil membentuk pemerintahan Israel yang baru serta menyatakan mengembalikan mandat tersebut kepada Presiden Reuven Rivlin. Langkah ini membuka jalan bagi kandidat lainnya untuk menciptakan pemerintahan pertama kalinya dalam lebih dari satu terakhir.
Pengumuman tersebut disampaikan Netanyahu dua hari sebelum batas waktu terakhirnya untuk menghadirkan pemerintahan baru.
"Sejak menerima mandat (untuk membentuk pemerintahan), saya telah bekerja tanpa henti ... untuk mendirikan pemerintah persatuan nasional. Inilah yang diinginkan rakyat," kata Netanyahu lewat sebuah rekaman video yang diunggah di laman Facebook resminya.
Netanyahu berargumen bahwa upayanya untuk membawa Benny Gantz ke meja perundingan dan mencegah pemilu lain gagal. Menurutnya, Gantz menolaknya berkali-kali.
Gantz dan mitra koalisinya, disebut Netanyahu, hanya bicara soal persatuan, namun pada praktiknya mereka mendorong sektarianisme dengan menolak pemerintah yang disokong partai-partai ultra-ortodoks.
Netanyahu kemudian menuding bahwa Gantz telah bekerja sama dengan anggota Joint List, aliansi politik partai-partai politik mayoritas Arab, yang diklaimnya menyokong terorisme dan menyangkal keberadaan Israel, untuk membentuk pemerintahan.
"Jika pemerintahan seperti itu muncul, saya akan menjadi oposisi dan bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya untuk menjatuhkannya," kata Netanyahu.
Pemimpin Joint List Ayman Odeh menanggapi pernyataan Netanyahu dengan mentwit, "Pesulap telah kehabisan trik dan dia mengeluarkan kartu hasutan sekali lagi. Saya berharap ini akan menjadi kali terakhir Netanyahu sebagai perdana menteri menentang warga Arab."
Merespons kegagalan Netanyahu, Presiden Rivlin menuturkan bahwa dirinya bermaksud untuk menunjuk Gantz, yang memimpin aliansi Biru dan Putih. Sang presiden diharapkan membuat pengumuman resmi dalam waktu 72 jam, atau hingga Kamis (24/10) malam.
Sementara itu, Gantz mentwit, "Sudah waktunya bagi Kahol Lavan (Aliansi Biru dan Putih)."
Rekan sealiansi Gantz yang juga pemimpin Partai Yesh Atid, Yair Lapid, menuturkan, "Bibi (panggilan Netanyahu) gagal sekali lagi. Ini adalah kegagalan berseri."
Dalam sebuah pernyataan resmi, Yesh Atid, mengungkapkan, "Kesempatan berakhir, sekarang saatnya beraksi. Kahol Lavan bertekad untuk membentuk pemerintah persatuan nasional liberal yang dipimpin oleh Benny Gantz, yang dipilih rakyat bulan lalu."
Gantz, mantan kepala staf militer Israel, kelak memiliki waktu 28 hari untuk mencoba membentuk pemerintahan. Jika pembicaraan koalisi yang diupayakan Gantz juga berujung buntu, setiap anggota parlemen yang didukung oleh mayoritas setidaknya 61 anggota Knesset akan menjadi yang berikutnya untuk mendapat kesempatan membentuk koalisi.
Jika dalam 21 hari tidak ada anggota parlemen yang mampu membentuk koalisi atau pemerintahan, maka Israel terpaksa menggelar pemilu ketiga dalam satu tahun ini.
Dalam pemilu 17 September, aliansi Gantz memperoleh 33 kursi dari jumlah 120 kursi Knesset, sementara Likud yang dipimpin Netanyahu memenangi 32 kursi. Kedua pihak jauh dari kondisi mengamankan mayoritas di parlemen. (Haaretz)