close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Seorang pria memakai kantong plastik sebagai masker pelindung di tengah kekhawatiran akan penyebaran Covid-19 di Srinagar, India, Selasa (7/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Ismail
icon caption
Seorang pria memakai kantong plastik sebagai masker pelindung di tengah kekhawatiran akan penyebaran Covid-19 di Srinagar, India, Selasa (7/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Ismail
Dunia
Kamis, 09 April 2020 16:37

Oxfam: 500 juta orang dapat jatuh miskin akibat Covid-19

Menurut Oxfam, sejumlah negara dapat kembali masuk kategori miskin sebagaimana yang pernah terjadi 30 tahun lalu.
swipe

Perekonomian dunia yang terpuruk akibat pandemik Covid-19 dapat menyebabkan sekitar 500 juta orang jatuh miskin. Demikian menurut prediksi lembaga nonprofit Oxfam lewat laporannya yang dirilis pada Kamis (9/4).

Laporan Oxfam dirilis menjelang pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) pekan depan yang akan membahas dampak Covid-19 terhadap tingkat kemiskinan global, mengingat turunnya pendapatan dan konsumsi domestik. Oxfam merupakan gabungan dari 19 yayasan amal independen yang berpusat di Nairobi, Kenya.

"Krisis ekonomi yang saat ini terjadi lebih parah dibanding krisis keuangan dunia pada 2008," sebut isi laporan Oxfam.

"Dari estimasi yang dibuat, apa pun skenarionya, kemiskinan global dapat meningkat untuk pertama kalinya sejak 1990." 

Lembaga itu menambahkan, sejumlah negara dapat kembali masuk kategori miskin sebagaimana yang pernah terjadi 30 tahun lalu.

Penulis laporan itu turut menyusun sejumlah skenario, termasuk di antaranya kriteria miskin Bank Dunia, mulai dari miskin ekstrem sampai tingkat kemiskinan lebih tinggi. Kemiskinan ekstrem ditandai dengan penghasilan US$1,90 dolar atau sekitar Rp30.000 per hari, sementara kemiskinan lebih tinggi ditandai dengan pendapatan kurang dari US$5,5 dolar atau sekitar Rp87.000 per hari.

Oxfam meyakini perempuan lebih berisiko daripada laki-laki karena banyak kaum hawa bekerja di sektor informal dengan sedikit atau tanpa jaminan terhadap hak-hak pekerja.

"Hidup dari hari ke hari, para kelompok miskin ini tidak memiliki kesempatan berhenti kerja atau menyimpan persediaan kebutuhan pokok," ungkap peneliti Oxfam. 

Lembaga itu menambahkan lebih dari dua miliar pekerja informal di seluruh dunia tidak mendapatkan bayaran saat cuti sakit.

Bank Dunia pada pekan lalu mengatakan, kemiskinan di Asia Timur dan wilayah Pasifik dapat meningkat sampai 11 juta orang apabila krisis akibat Covid-19 terus memburuk.

Oleh karena itu, Oxfam mengusulkan enam rencana aksi dengan tujuan untuk menyalurkan uang tunai bagi mereka yang membutuhkan serta meringankan beban sektor usaha. Oxfam juga mendorong pembatalan penagihan utang dan meminta IMF memberi dukungan lebih banyak serta meningkatkan bantuan. 

"Dana bantuan dapat dihimpun dari pajak orang-orang kaya, keuntungan usaha di luar target, dan hasil penjualan produk keuangan spekulatif," tambah Oxfam.

Permintaan untuk meringankan utang dalam beberapa pekan terakhir cukup banyak disuarakan di banyak negara dunia di tengah pandemik.

Setidaknya, negara-negara dunia perlu mengalirkan dana total US$2,5 triliun dolar untuk membantu negara berkembang bertahan dari krisis.

"Negara-negara maju menunjukkan pada saat krisis seperti ini mereka dapat mengalirkan dana triliunan dolar untuk membantu perekonomian mereka sendiri," tulis laporan itu.

"Jika negara-negara berkembang tidak mampu bertahan dari krisis keuangan dan kesehatan ini, dampaknya akan merugikan semua negara, kaya dan miskin." (Ant)

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan