Paul Rusesabagina, yang digambarkan dalam film "Hotel Rwanda" sebagai pahlawan penyelamat nyawa lebih dari 1.200 orang dari genosida pada 1994, ditangkap oleh pemerintah Rwanda atas tuduhan teror, pada Senin (31/8).
Rusesabagina memang telah tinggal di luar Rwanda sejak tahun 1996. Dia juga pernah tinggal di Belgia dan kemudian di Texas, Amerika Serikat. Namun, polisi tidak menjelaskan lokasi penangkapan Rusesabagina.
Dengan borgol dan masker, pria berusia 66 tahun itu ditunjukkan kepada pers di ibu kota Rwanda, Kigali, pada Senin kemarin. Dia belum resmi dituntut di pengadilan.
"Melalui kerja sama internasional, Biro Investigasi Rwanda ingin menginformasikan kepada masyarakat umum bahwa Paul Rusesabagina telah ditangkap," kata polisi dalam sebuah pernyataan, Senin (31/8).
"Rusesabagina dicurigai sebagai pendiri, pemimpin, sponsor dan anggota dari kelompok kekerasan, bersenjata, teror ekstremis termasuk Gerakan Rwanda untuk Perubahan Demokratis (MRCD) yang beroperasi di di dalam dan luar negeri," lanjut polisi Rwanda tersebut.
Perintah penangkapan Rusesabagina untuk menjawab tuduhan kejahatan serius termasuk terorisme, pembakaran, penculikan dan pembunuhan, yang dilakukan terhadap warga sipil di wilayah Rwanda.
Kepada media di Kigali, kepolisian setempat menegaskan bahwa penyelidikan terhadap Rusesabagina akan terus berlanjut. Tujuannya, untuk lebih banyak menggali informasi tentang aktivitasnya.
Sementara itu, Carine Kanimba, putri Rusesabagina, mengatakan keluarganya diberitahu penangkapan ayahnya pada Senin. Namun, tidak ada anggota keluarga yang memiliki akses untuk berbicara dengan ayahnya. Keluarga khawatir Rusesabagina tidak mendapatkan obat hipertensi yang dideritanya.
Dihubungi di Washington D.C., Kanimba menuturkan dia terakhir kali berbicara dengan ayahnya saat akan melakukan perjalanan minggu lalu dari AS ke Dubai, saat itu pula dia diculik dan dibawa ke Rwanda.
Namun, Kanimba tidak tahu tujuan pasti dari perjalanannya. “Kami berharap bisa membebaskannya dengan cepat dan aman,” kata Kanimba.
Kanimba mengatakan ayahnya telah lama menjadi sasaran penangkapan lantaran kerap mengkritik pemerintah Rwanda. "Apa yang mereka tuduhkan padanya semuanya dibuat-buat," ujarnya.
"Tidak ada bukti atas apa yang mereka klaim ... Kami tahu ini adalah penangkapan yang salah," imbuhnya.
Sebelumnya, Rusesabagina membantah tuduhan pemerintah bahwa dia secara finansial mendukung pemberontak Rwanda. Rusesabagina memang kerap mengkritik kepemimpinan pemerintahan Kagame, dan menyebutnya sebagai kediktatoran.
Rusesabagina bahkan mendesak negara-negara Barat untuk menekan pemerintah untuk menghormati hak asasi manusia.
Rusesabagina telah memenangkan banyak penghargaan internasional termasuk Presidential Medal of Freedom, yang diberikan oleh Presiden George W. Bush pada tahun 2005, dan Penghargaan Hak Asasi Manusia Lantos pada tahun 2011.
“Saya percaya ini adalah sebuah lelucon bahwa pejuang hak asasi manusia seperti Paul Rusesabagina harus ditangkap, ditahan dan ditahan seperti dia ditahan,” kata presiden Yayasan Lantos untuk Hak Asasi Manusia dan Keadilan, Katrina Lantos Swett.
“Ini seharusnya menimbulkan banyak keprihatinan yang mendalam dan skeptisisme dari banyak orang,” pungkasnya. (AP)