close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Pixabay
icon caption
Ilustrasi / Pixabay
Dunia
Senin, 24 Juni 2019 13:24

Palestina tolak proposal perdamaian Amerika Serikat

Proposal perdamaian Amerika Serikat mencakup US$50 miliar yang merupakan dana investasi global untuk Palestina dan sejumlah negara Timteng.
swipe

Palestina menolak rencana yang diungkapkan oleh menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner, terkait pendekatan ekonomi yang menjadi bagian dari proposal perdamaian Timur Tengah milik Amerika Serikat.

Pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, pada Sabtu (22/6) mengatakan, proposal Kushner hanya berisi janji-janji abstrak. Dia menegaskan bahwa hanya solusi politik yang dapat menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

Proposal ekonomi pemerintahan Trump mencakup US$50 miliar yang merupakan dana investasi global untuk mengangkat ekonomi Palestina dan sejumlah negara Timur Tengah lainnya.

Kushner akan mempresentasikan proposal yang diberi nama "Perdamaian Menuju Kemakmuran" itu dalam konferensi internasional di Bahrain pada 25-26 Juni. Menurutnya, para pemimpin Palestina perlu mempertimbangkan untuk menerima proposal tersebut.

Namun, Ashrawi, yang merupakan penasihat bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan bahwa hanya solusi politik yang dapat mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina.

"Jika AS benar-benar peduli dengan ekonomi Palestina, mereka seharusnya mulai mencabut blokade Jalur Gaza, serta menghentikan pencaplokan wilayah, sumber daya, dan uang kami oleh Israel. Selain itu, berikan Palestina kebebasan untuk mengendalikan perairan teritorial, ruang udara, dan perbatasan kami agar dapat dengan bebas mengekspor dan mengimpor," tegas Ashrawi.

Berbeda dengan Ashrawi, Menteri Energi Israel Yuval Steinitz menilai proposal itu menjanjikan.

"Apa yang telah dirilis terlihat sangat bagus. Israel selalu mendukung pengembangan ekonomi Palestina, mengakhiri krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, dan memastikan kemakmuran di komunitas Palestina," ujarnya.

Konferensi Bahrain

Tidak ada satu pun pejabat Palestina yang akan menghadiri konferensi di Manama, Bahrain. Gedung Putih pun memutuskan untuk tidak mengundang pemerintah Israel karena tidak ada perwakilan diplomatik Palestina yang akan hadir.

Sejumlah negara di Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, akan berpartisipasi dalam pertemuan itu. Banyak yang menilai Arab Saudi akan hadir hanya untuk "menjilat" Trump yang sedang mengambil pendekatan keras melawan Iran.

Lebih dari setengah dari US$50 miliar akan dialokasikan bagi Palestina yang mengalami kesulitan ekonomi sejak 10 tahun yang lalu. Sementara itu, sisanya akan dibagikan ke Mesir, Lebanon, dan Yordania.

Hamas, kelompok militan yang mengendalikan Jalur Gaza, menegaskan bahwa Palestina tidak untuk dijual. Seorang pejabat Hamas, Ismail Rudwan, dengan keras menolak proposal Kushner.

"Kami menolak proposal itu dan semua dimensinya yang mencakup dimensi ekonomi, politik, dan keamanan," tegas Rudwan. "Palestina tidak untuk dijual, dan itu tidak dapat ditawar."

Rencana ambisius

Porsi ekonomi dari proposal perdamaian milik AS mencakup 179 proyek infrastruktur dan bisnis. Rencana ambisius itu merupakan produk dari kerja Kushner dan utusan AS lainnya selama dua tahun belakangan.

Beberapa proyek akan bertempat di Semenanjung Sinai, Mesir, di mana investasi dapat bermanfaat bagi warga Palestina di Jalur Gaza yang berada dekat dengan kawasan tersebut.

Rencana itu juga menawarkan sekitar US$1 miliar untuk membangun sektor pariwisata Palestina. Banyak yang menilai gagasan itu tidak praktis mengingat situasi keamanan di sana yang kerap diwarnai dengan pertikaian antara militer Israel dan gerilyawan Palestina.

Kushner berharap bahwa negara-negara Teluk, Eropa, dan Asia akan berinvestasi dalam dana investasi global tersebut.

Palestina, yang memboikot konferensi Bahrain, menolak untuk berbicara dengan AS setelah Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017.

Banyak pakar Timur Tengah yang menilai bahwa kemungkinan besar propsoal AS akan gagal. Meski begitu, Kushner yakin proposal tersebut dapat memperbaiki kondisi di kawasan.

"Proposal ini akan menjadi 'Peluang Abad Ini' jika Palestina memiliki keberanian untuk mengejarnya," ungkap Kushner.

Kushner mengklaim beberapa eksekutif bisnis Palestina telah mengonfirmasi keikutsertaan mereka dalam konferensi, tetapi dia menolak untuk memberi tahu siapa saja yang akan hadir. Sementara itu, para pengusaha di Ramallah menyatakan bahwa mayoritas komunitas bisnis Palestina tidak akan hadir.

Sengketa politik berkelanjutan

Banyak pihak yang ragu apakah investor akan bersedia untuk mengucurkan dana mereka dalam waktu dekat. Pasalnya, pertikaian politik antara Israel dan Palestina terus berlanjut hingga kini.

Para pejabat Palestina menolak segala upaya perdamaian yang dipimpin AS karena menganggap upaya tersebut condong akan menguntungkan Israel.

Sejumlah analis AS mengkritik Kushner, mengatakan bahwa suami Ivanka Trump itu memperlakukan proses perdamaian layaknya transaksi bisnis. 

Mereka menilai bahwa upaya Kushner untuk memprioritaskan unsur ekonomi dan menghindari persoalan politik justru mengabaikan realitas konflik Israel-Palestina.

"Itu sepenuhnya di luar fokus karena masalah Israel-Palestina didorong oleh luka historis dan klaim yang tumpang tindih atas tanah suci," kata analis Timur Tengah, Aaron David Miller,

Kushner mengakui bahwa rencana ekonomi tidak dapat berjalan tanpa penyelesaian masalah politik.

"Pemerintah AS akan mengatasi persoalan politik di lain waktu," tuturnya, mengacu pada tahap kedua dari proposal perdamaian AS yang rencananya akan rilis sebelum November.

Kushner mengatakan pendekatannya bertujuan memberikan insentif ekonomi untuk menunjukkan kepada Palestina potensi masa depan yang makmur jika mereka bersedia untuk merundingkan proposal perdamaian.

Koridor transportasi

Salah satu proyek yang tercantum dalam proposal ekonomi tersebut adalah pembangunanan koridor transportasi senilai US$5 miliar untuk menghubungkan Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Kushner menuturkan, jika berhasil, koridor transportasi itu akan menciptakan sejuta kesempatan kerja di Tepi Barat dan Jalur Gaza, mengurangi kemiskinan Palestina dan menggandakan Produk Domestik Bruto (PDB) negara itu.

Namun, para ahli menilai sebagian besar investor asing tidak akan mempertimbangkan risiko keamanan di wilayah tersebut. Selain itu, pendudukan Israel di Tepi Barat juga menghambat aliran manusia, barang dan jasa.

Kushner menyatakan bahwa Trump mempertimbangkan untuk memberikan sumbangan besar bagi dana investasi global itu. Namun, dia tidak merinci seberapa besar dana yang akan diberikan Trump.

Dia berharap di konferensi Bahrain, negara-negara Timur Tengah dapat menyetujui proposal ekonomi tersebut sehingga mendesak Presiden Abbas untuk mempertimbangkannya.

"Kami ingin Palestina bernegosiasi dan mencoba membuat kesepakatan untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya," imbuhnya.

img
Valerie Dante
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan