Para menteri pertahanan NATO akan menyetujui Master Plan pada hari Kamis (21/10) untuk mempertahankan diri dari potensi serangan Rusia di berbagai bidang.
Bahkan, ini upaya untuk menghalangi Moskow meskipun aliansi baru berfokus pada China, kata para diplomat dan pejabat.
Strategi, yang bersifat rahasia tersebut, sudah melampaui rencana pertahanan regional yang ada dan bertujuan untuk mempersiapkan serangan simultan di wilayah Baltik dan Laut Hitam, termasuk senjata nuklir, peretasan jaringan komputer atau dari luar angkasa.
Para pejabat dan diplomat mengungkapkan, tidak ada serangan dari Rusia dalam waktu dekat. Rusia menyangkal niat untuk berperang dan mengatakan NATO yang berisiko membuat Eropa tidak stabil dengan persiapan semacam itu.
Namun pejabat AS, diplomat NATO dan mantan pejabat mengatakan "Konsep Pencegahan dan Pertahanan di Kawasan Euro-Atlantik" dan rencana implementasi strategisnya tersebut diperlukan Rusia untuk mengembangkan sistem senjata yang canggih serta mengerahkan pasukan hingga peralatan lebih dekat ke perbatasan sekutu.
"Jika Anda memiliki konflik besar semacam itu, itu akan membutuhkan aktivitas di seluruh area operasi," kata pejabat senior pemerintah AS. "Berbagai hal bisa terjadi pada saat yang sama, dan itu benar-benar membutuhkan perencanaan holistik."
Pada Mei 2021, Rusia mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di perbatasannya dengan Ukraina, jumlah tertinggi sejak Moskow menghabisi Krimea pada 2014. September lalu, Rusia menggunakan robot tempur baru dalam latihan militer besar dengan mantan sekutu Soviet Belarusia yang telah membuat khawatir sekutu Baltik.
Dengan Rusia meningkatkan atau mengganti sistem ruang angkasa militer Soviet berpotensi menyerang satelit di orbit. Hal tersebut, dapat mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan untuk mengganggu sistem komando sekutu, Moskow juga mengembangkan "senjata super".
Diluncurkan tahun 2018, mereka termasuk rudal jelajah hipersonik berkemampuan nuklir yang dapat menghindari sistem peringatan dini.
Pensiunan Jenderal AS, Ben Hodges, yang memimpin pasukan tentara AS di Eropa dari 2014 hingga 2017, mengatakan kepada Reuters bahwa dia berharap rencana strategis itu akan mengarah pada lebih banyak koherensi dalam pertahanan kolektif NATO, yang berarti lebih banyak sumber daya untuk wilayah Laut Hitam.
"Bagi saya, ini adalah titik terang yang lebih mungkin daripada Baltik," kata Hodges,
Jamie Shea, mantan pejabat senior NATO yang sekarang di think-tank Friends of Europe di Brussels, mengungkapkan, rencana itu mungkin juga membantu memperkuat fokus pada Rusia pada saat Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis sedang mengembangkan strategi Indo-Pasifik.
"Asumsinya adalah bahwa Rusia merupakan sebuah ancaman, tetapi itu bukan ancaman yang akan segera terjadi. Tetapi Rusia melakukan beberapa hal yang mengkhawatirkan, mereka berlatih dengan robotika dan rudal jelajah hipersonik memang bisa sangat mengganggu," kata Shea. (Sumber: reuters.com)