Pasar saham Rusia diketahui anjlok di tengah kekhawatiran perang terhadap Ukraina yang semakin meningkat. Pelaku bisnis terkemuka menjual saham secara besar-besaran yang mengakibatkan puluhan miliar dolar hilang dari transaksi negara tersebut.
Seperti dikutip VOA, Rabu (26/1), para pengusaha menganggap Presiden Rusia Vladimir Putin secara serius akan menginvasi Ukraina yang mengakibatkan nilai tukar mata uang Rusia, rubel, jatuh pada catatan terendah dalam 14 bulan. Hal itu memaksa Bank Sentral Rusia untuk turun tangan menghentikan pembelian secara teratur mata uang asing guna membantu mendongkrak nilai rubel.
“Bank of Russia telah memutuskan untuk tidak membeli mata uang asing di pasar domestik,” kata bank itu dalam sebuah pernyataan.
Keputusan itu dibuat dalam rangka mengurangi guncangan di pasar finansial.
Bank biasanya secara teratur mengkonversikan penerimaan negara itu dari ekspor minyak dan gas guna menghindari mata uang rubel terdampak oleh naik-turun nilai komoditas global. Bank tidak merinci kapan pihaknya akan kembali membeli mata uang asing.
Nilai rubel turun 2,3% pada perdagangan Senin (24/1) pagi, kemudian nilainya stabil setelah pengumuman yang dirilis oleh Bank Sentral. Sementara itu, pasar saham Rusia jatuh lebih dari 10%, namun hanya tercatat turun sebesar 7% saja ketika perdagangan berakhir.
Sejak awal peningkatan aktivitas militer Rusia di wilayah perbatasan Ukraina pada Oktober lalu, pasar saham telah kehilangan lebih dari seperempat nilainya.
Ketua Dewan Penasihat Internasional di Pusat Penelitian Sosial dan Ekonomi, Anders Aslund mengatakan, sebuah kelompok peneliti kebijakan yang berbasis di Warsawa, Polandia, memprediksi pasar akan semakin terpuruk seandainya konfrontasi geopolitik antara Rusia dan kekuatan-kekuatan negara barat yang berpihak pada Ukraina memburuk.