Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena telah melarang seluruh jenis penutup wajah, termasuk burka. Dia menyebutnya sebagai risiko keamanan dan simbol fundamentalisme.
Pelarangan tersebut menyusul serangkaian pengeboman pada Minggu Paskah, yang menewaskan 253 orang dan melukai sedikitnya 500 orang, di sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka.
"Presiden Maithripala Sirisena mengambil keputusan ini untuk lebih mendukung pengamanan yang tengah berlangsung dan membantu angkatan bersenjata untuk dengan mudah mengidentifikasi identitas setiap pelaku yang dicari," ungkap siaran pers dari kantor presiden.
Larangan terhadap penutup wajah mulai berlaku pada Senin (29/4).
Polisi meyakini bahwa kelompok ekstremis lokal, National Tawheed Jamath (NTJ), mendalangi bom pada Minggu Paskah. Di lain sisi, ISIS mengklaim bertanggung jawab.
Tautan antara pelaku penyerangan dan kelompok ekstremis belum terbukti.
Sepekan pasca-bom Minggu Paskah, Sri Lanka masih dalam keadaan siaga tinggi. Peringatan kemungkinan kekerasan lebih lanjut pun telah dirilis.
Pada Sabtu, pemerintah telah melarang keberadaan NTJ berdasarkan UU darurat baru. Pihak berwenang sebelumnya telah menyatakan bahwa pendiri kelompok itu, Zahran Hashim, merupakan salah satu dari sembilan pengebom bunuh diri yang tewas dalam serangan Minggu Paskah.
Tidak hanya NTJ, kelompok ekstremis lokal lainnya, Jammiyathul Millathu Ibrahim juga diduga terlibat dalam teror itu.
Sementara itu, polisi di Kota Kattankudy dilaporkan menggerebek markas besar kelompok NTJ dan menahan satu orang pada Jumat (26/4). Pada Minggu (28/4), sumber di kepolisian mengatakan kepada Reuters bahwa ayah dan dua saudara laki-laki Zahran tewas dalam baku tembak tersebut.
Setidaknya 15 orang orang dilaporkan tewas dalam penggerebekan markas NTJ.
Dalam pernyataan yang disampaikan pada Minggu dari kapel di kediamannya, Uskup Agung Kolombo Malcolm Ranjith meminta gereja-gereja untuk meniadakan misa Minggu, menyusul kekhawatiran akan keamanan. Turut hadir dalam layanan tersebut, Presiden Sirisena, PM Ranil Wickremesinghe, dan mantan presiden Mahinda Rajapaksa.
Setidaknya 40 orang warga negara asing, di antaranya asal Inggris, Amerika Serikat, Australia, Turki, India, China, Denmark, Belanda dan Portugal tewas dalam serangan Minggu Paskah.
Saat ini, polisi telah menahan lebih dari 100 orang termasuk warga negara asing dari Suriah dan Mesir terkait teror mematikan sejak berakhirnya perang saudara pada 2009. (CNN, BBC, dan The Guardian)