Sekitar 20 orang tewas karena bentrokan keras di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan antara tentara India dan China, Senin malam (15/6) waktu setempat.
Sebuah sumber di militer India menyatakan, perselisihan bermula akibat tenda yang dibangun China pada Minggu malam (14/6). Menurut sumber tersebut, pasukan India merobohkannya karena terlalu dekat dengan garis perbatasan atau Line of Actual Control (LAC).
Kemudian pada Senin, pasukan China yang bersenjatakan batu dan tongkat bambu menyerang pasukan India yang tidak siap. Setidaknya 20 tentara India tewas dalam pertempuran itu.
China juga menderita korban dalam konfrontasi, kata militer India, meskipun tidak ada angka jumlah korban resmi yang dirilis pihak mereka.
Perdana Menteri India, Narendra Modi menanggapi aksi kekerasan tersebut. Dia menegaskan, India tidak memicu kekerasan serta tidak akan berkompromi dalam menjaga integritas dan kedaulatannya.
"India menginginkan perdamaian, tetapi jika dihasut, India dengan segala cara mampu menanggapi dengan sesuai," tuturnya dalam sebuah pernyatannya.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China menyatakan, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, telah mendiskusikan situasi tersebut dengan Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, dalam sebuah panggilan telepon, Rabu (17/6).
Menlu Wang mendesak India mengendalikan pasukan garis depan dan menghentikan semua tindakan provokatif.
"Pihak India tidak boleh salah menilai situasi ini dan tidak boleh meremehkan keinginan China untuk menjaga kedaulatan wilayah kami," jelas Wang.
Pernyataan itu menuturkan, China dan India sepakat menenangkan situasi di perbatasan.
Dalam perbicangan via telepon tersebut, Menlu Jaishankar mengatakan, bentrokan itu dapat berdampak serius pada hubungan bilateral kedua negara.
Modi juga membahas konfrontasi dengan China dalam konferensi dengan para kepala menteri negara-negara bagian, Rabu. Sebelum rapat dimulai, mereka mengheningkan cipta selama dua menit untuk memberikan penghormatan kepada militer yang tewas dalam bentrokan.
PM Modi akan menggelar pertemuan pemerintah, Jumat (19/6), untuk membahas situasi di daerah perbatasan India-China.
Bentrok keras terjadi ketika proses deeskalasi berlangsung di Lembah Galwan di daerah Aksai Chin-Ladakh yang disengketakan, di mana kehadiran tentara dari kedua negara dilaporkan ditingkatkan selama beberapa minggu terakhir.
Sebuah sumber yang dekat dengan militer India mengklaim, pasukan China secara sadar menyerang tentara India.
"Mereka (pasukan China) menggunakan batu dan tongkat bambu tajam untuk menyerang tentara India yang tidak siap menerima serangan," jelas sumber tersebut.
Bentrokan berlangsung hingga lima jam dan baru mereda ketika bala bantuan militer India sampai di tempat kejadian.
"Tewasnya tentara di Galwan sangat disayangkan," kata Menteri Pertahanan India, Rajnath Singh, Rabu. "Tentara kami menunjukkan keberanian yang patut dicontoh saat menjalankan tugas mereka."
Sebelumnya, dalam konferensi pers pada Selasa (16/6), Juru bicara Kemlu China, Zhao Lijian, menyatakan, pasukan India melanggar konsensus antara kedua negara dengan sengaja melewati garis perbatasan untuk melakukan kegiatan ilegal.
Menurut Zhao, tindakan ilegal India memprovokasi tentara China untuk menyerang.
"Sangat jelas siapa yang benar dan salah dalam insiden ini. Bentrokan terjadi di sisi China, maka kami tidak dapat disalahkan atas hal ini," kata Zhao.
Pada Selasa, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) merilis pernyataan. Mereka meminta militer India segera menghentikan tindakan provokatif dan menyelesaikan konflik melalui dialog damai.
"Kedaulatan wilayah Lembah Galwan milik China. Pasukan India melanggar konsensus, melintasi perbatasan untuk kegiatan ilegal dan secara sengaja meluncurkan serangan provokatif," ungkap Juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok Zhang Shuili. (CNN)