Dalam doa Angelus mingguannya pada Minggu (12/7), Paus Fransiskus mengheningkan cipta selama beberapa menit sebagai bentuk kesedihannya atas rencana Turki untuk kembali mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
"Saya memikirkan Istanbul. Saya memikirkan Hagia Sophia dan saya sangat sedih," kata dia.
Sejak dekrit kabinet pada 1934, bangunan ikonis yang berada di Istanbul itu telah berfungsi sebagai museum. Namun, pada Jumat (10/7), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan Dekrit Presiden untuk mengailhkan pengelolaan Hagia Sophia dari Kementerian Kebudayaan kepada Kementerian Urusan Agama.
Dekrit Erdogan menyusul putusan sebelumnya oleh pengadilan Turki yang membatalkan dekrit kabinet pada 1934.
Hagia Sophia adalah salah satu situs Warisan Dunia UNESCO. Badan tersebut telah menyatakan sangat menyayangkan keputusan Turki.
"Hagia Sophia adalah mahakarya arsitektur dan saksi bisu interaksi antara Eropa dan Asia selama berabad-abad," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
"Statusnya sebagai museum mencerminkan sifat warisannya dan menjadikannya simbol kuat untuk dialog," imbuhnya.
Hagia Sophia dibangun sebagai katedral pada zaman kekaisaran Byzantium pada abad keenam. Kemudian pada abad ke-15, bangunan itu dialihfungsikan menjadi masjid.
Kepala urusan agama Turki, Ali Erbas, pada Minggu menyatakan bahwa pemerintah berencana menutupi mosaik Kristen di Hagia Sophia dengan tirai atau lampu-lampu.
Presiden Erdogan menegaskan bahwa Hagia Sophia tetap terbuka untuk semua orang, baik muslim maupun non-muslim.
"Sebagai warisan dunia, Hagia Sophia dengan status barunya akan terus merangkul semua orang dengan cara yang lebih tulus," pungkasnya. (CNN)