close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bendera Mauritius / Pixabay
icon caption
Bendera Mauritius / Pixabay
Dunia
Selasa, 26 Februari 2019 16:32

PBB: Inggris harus mengakhiri kontrolnya atas Kepulauan Chagos

Mauritius mengklaim terpaksa menyerahkan Kepulauan Chagos kepada Inggris pada 1965 dengan imbalan kemerdekaan yang mereka peroleh pada 1968.
swipe

Inggris harus mengakhiri kontrolnya atas Kepulauan Chagos di Samudra Hindia secepat mungkin. Demikian pernyataan Mahkamah Internasional.

Mauritius mengklaim mereka terpaksa menyerahkan pulau-pulau itu, yang sekarang menjadi wilayah Inggris di luar negeri, pada 1965 dengan imbalan kemerdekaan yang mereka peroleh pada 1968.

Mahkamah Internasional menegaskan bahwa pulau-pulau itu secara hukum tidak dipisahkan dari Mauritius. 

Merespons pernyataan tersebut, Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, "Ini adalah opini nasehat, bukan sebuah penilaian."

Ditambahkan bahwa Inggris akan menyikapi dengan hati-hati hal itu, yang sejatinya tidak mengikat secara hukum.

Inggris, sebelumnya mengatakan akan menyerahkan kembali pulau-pulau itu ke Mauritius ketika tidak lagi diperlukan untuk tujuan pertahanan.

Merujuk pada pernyataan tersebut, Kementerian Luar Negeri mengatakan, "Fasilitas pertahanan di British Indian Ocean Territory membantu melindungi rakyat di Inggris dan seluruh dunia dari ancaman teroris, kejahatan terorganisir dan pembajakan."

Hakim Abdulqawi Ahmed Yusuf menggambarkan keberadaan pemerintahan Inggris di Kepulauan Chagos, yang terletak lebih dari 2.000 mil di lepas pantai timur Afrika, sebagai tindakan melanggar hukum yang berkelanjutan.

Dia menambahkan, Inggris berada di bawah kewajiban untuk mengakhiri pemerintahannya di Kepulauan Chagos secepat mungkin.

Majelis Umum PBB pada Februari 2017 meminta Mahkamah Internasional untuk memberikan pendapat tentang apakah tindakan Inggris sah.

Saat ini sudah setengah abad sejak Inggris menguasai Kepulauan Chagos dari koloninya, Mauritius. Inggris mengusir seluruh penduduk di pulau-pulau itu sebelum mengundang Amerika Serikat untuk membangun sebuah pangkalan militer di Diego Garcia, salah satu atol yang terbesar.

Mauritius tengah menegosiasikan kemerdekaannya dari Inggris pada saat itu dan telah berulang kali mengutuk kesepakatan tersebut.

Beberapa dari mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Kepulauan Chagos pada akhir 1960-an berharap dapat kembali, bukan hanya sekadar melakukan kunjungan sementara yang dibolehkan oleh Inggris.

Samynaden Rosemond yang meninggalkan Chagos ketika masih berusia 36 tahun mengungkapkan, "Kembali ke rumah adalah surga."

Rosemond dan istrinya, Daryela, kini menetap di pinggiran ibu kota Mauritius, Port Louis.

Warga Chagos atau yang disebut Chagossians mengeluh bahwa mereka diperlakukan sebagai warga negara kelas dunia di Mauritius.

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan